Tautan-tautan Akses

IFJ: 104 Jurnalis Tewas pada 2024, Lebih Separuhnya di Gaza 


Warga dan seorang jurnalis tampak berlari menuju lokasi ledakan menyusul serangan Israel yang menargetkan sebuah sekolah di distrik Zeitoun, Jalur Gaza, pada 1 September 2024. (Foto: AFP/Omar Al-Qattaa)
Warga dan seorang jurnalis tampak berlari menuju lokasi ledakan menyusul serangan Israel yang menargetkan sebuah sekolah di distrik Zeitoun, Jalur Gaza, pada 1 September 2024. (Foto: AFP/Omar Al-Qattaa)

Jumlah korban tewas pada 2024 turun dari 129 kematian pada 2023 tetapi masih menjadikannya “salah satu tahun terburuk” yang pernah tercatat, kata sekretaris jenderal IFJ Anthony Bellanger kepada kantor berita AFP.

Tahun ini “sangat mematikan” bagi jurnalis, dengan 104 orang tewas di seluruh dunia, lebih dari separuhnya berada di Gaza, kata Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) pada Selasa (10/12).

Jumlah korban tewas pada 2024 turun dari 129 kematian pada 2023 tetapi masih menjadikannya “salah satu tahun terburuk” yang pernah tercatat, kata sekretaris jenderal IFJ Anthony Bellanger kepada kantor berita AFP.

Menurut angka yang dikumpulkan oleh organisasi pers tersebut, 55 pekerja media Palestina tewas pada 2024 dalam menghadapi serangan Israel di Gaza.

“Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, sedikitnya 138 jurnalis Palestina telah tewas,” kata federasi tersebut.

Bellanger mengutuk “pembantaian yang terjadi di depan mata dunia”.

Dia mengatakan bahwa “banyak jurnalis yang menjadi sasaran” di Gaza dengan sengaja, sementara yang lain mendapati diri mereka “di tempat yang salah, pada waktu yang salah” dalam pertempuran tersebut.

Setelah Timur Tengah, kawasan paling berbahaya kedua bagi jurnalis adalah Asia dengan 20 orang tewas, termasuk enam orang di Pakistan, lima orang di Bangladesh, dan tiga orang di India.

Di Eropa, perang di Ukraina terus memakan korban jurnalis dengan empat orang tewas pada 2024.

Sementara itu, IFJ mengatakan bahwa di seluruh dunia, 520 jurnalis dipenjara - peningkatan tajam dari 427 orang yang ditahan tahun lalu.

China menduduki puncak daftar sebagai negara yang paling buruk dalam memenjarakan wartawan dengan telah menahan sebanyak 135 jurnalis, termasuk di Hong Kong, tempat pihak berwenang dikritik oleh negara-negara Barat karena memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang membungkam perbedaan pendapat dan kebebasan lainnya.

Hitungan IFJ untuk jumlah jurnalis yang terbunuh biasanya jauh lebih tinggi daripada Reporters Without Borders atau Jurnalis Tanpa Tapal Batas, karena metode penghitungan yang berbeda. Pada 2023, Reporters Without Borders mengatakan 54 jurnalis dan dua kolaborator tewas dalam menjalankan tugas mereka. LSM tersebut akan menerbitkan angkanya sendiri untuk 2024 akhir pekan ini. [ns/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG