Korban gempa terburuk dalam 200 tahun di Haiti berjuang keras mencari bantuan medis, makanan dan air dua hari setelah gempa kuat memporak-porandakan ibukota Port Au Prince.
Banyak korban yang tidak diketahui jumlahnya terjebak dalam reruntuhan gedung-gedung yang ambruk. Warga memenuhi jalan-jalan mencari bantuan, sementara regu-regu penyelamat, dokter dan bahan-bahan bantuan darurat dari Amerika dan negara-negara lain tiba di negara kawasan Karibia itu.
Puluhan ribu orang dikhawatirkan tewas akibat gempa berkekuatan 7,0 pada skala Richter itu; banyak mayat bergelimpangan di jalan-jalan. Jalan-jalan diblokir, dan layanan air, listrik dan telekomunikasi sangat terganggu sehingga memperumit upaya pertolongan.
Pesawat-pesawat yang mengangkut para petugas penyelamat dan bahan-bahan bantuan dari Amerika, Tiongkok, Spanyol, dan negara-negara lain telah tiba di negara itu, sementara banyak negara lainnya menjanjikan bantuan.
Gempa itu menghancurkan rumah sakit utama negara itu. Sekelompok dokter Kuba yang telah beroperasi di Haiti mengobati orang-orang yang terluka, dan kelompok bantuan Medicines Sans Frontiers atau "Dokter Tanpa Tapal Batas" telah mendirikan pusat-pusat perawatan darurat.
Istana nasional dan markas besar misi PBB di Haiti ambruk akibat gempa itu. PBB menyatakan sedikitnya 36 dari personilnya tewas, sementara sekitar 150 lainnya belum ditemukan, termasuk kepala misi PBB Hedi Annabi.
Sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan secara keseluruhan keamanan dan ketertiban umum terkendali, dan pasukan perdamaian PBB terus berpatroli serta membantu upaya-upaya kemanusiaan.