Tigapuluhan ribu Muslim Amerika berkumpul di ibukota Washington akhir pekan yang lewat ini, menghadiri Konvensi tahunan ke 39 Islamic Society of North America, ISNA. Wartawan VOA, Abdul Nur Adnan menghadiri konvensi tersebut, berikut laporannya:
Di depan 30-an ribu Muslim Amerika empat pria Indonesia men-senandungkan ‘shalawat nabi’ yang mendapat sambutan meriah dari hadirin. Qotrunada, kelompok nasyid Indonesia ini diundang khusus oleh Islamic Society of North America, ISNA untuk ikut menyemarakkan konvensi tahunannya. Kelompok nasyid dari Jakarta ini muncul di panggung konvensi malam itu untuk menurunkan ketegangan pikiran para peserta konvensi yang selama tiga hari mendiskusikan masalah-masalah berat, dari masalah Technolgi Informasi, Etika Bisnis Islam sampai masalah Estremisme, Jihad dan dampak perisitiwa 11 September terhadap umat Islam di Amerika dan dunia.
Konvensi ke 39 ISNA ini untuk pertama kalinya diadakan di ibukota Washington, DC, setelah 38 tahun ini diadakan di bagian barat tengah Amerika. Mengenai hal ini, Ketua Umum ISNA, Dr. Muhammad Nur Abdullah menjelaskan: “Washington adalah ibukota. Semua keputusan penting diambil di sini, di Washington, DC. Dan karena kami adalah Muslim Amerika dan ini adalah ibukota negara kami, saya rasa ISNA harus di sini, paling sedikit untuk mendapatkan eksposure dan memberi kesempatan kepada umat Islam Amerika untuk berkumpul di sini untuk berpartisipasi dan berbagi agama dan kebudayaan kita dengan warga Amerika lainnya.”
Terpilihnya kota Washington, DC sebagai tempat konvensi bukannya tidak ada kaitannya dengan semakin meningkatnya kesadaran umat Islam Amerika yang tergabung dalam organisasi seperti ISNA ini akan pentingnya umat Islam ikut aktif berpartisipasi dalam kancah politik Amerika. Karena itulah dalam konvensi ini juga diadakan pembahasan mengenai masalah itu, disamping kampanye untuk mendaftar umat Islam Amerika yang telah memenuhi syarat untuk menjadi pemilih. Bahkan dalam salah satu acara sempat pula diperkenalkan seorang Muslim yang akan mencalonkan diri sebagai anggota Senat. Konvensi tahun ini mengambil tema “Islam: A Call For Peace and Justice” atau Islam Menyeru Perdamaian dan Keadilan. Mengapa justru tema ini yang diambil? Kembali Ketua Umum ISNA, Dr. Muhammad Nur Abdullah: ”Dalam konvensi-konvensi sebelumnya kami pernah menurunkan tema: Muslim dan Nilai-nilai Keluarga, Muslim Mendukung Keadilan, ini dalam konvensi 9 tahun yang lalu, tahun ini, karena terjadinya peristiwa 11 September, serangan teroris itu, cara terbaik bagi kami untuk memperlihatkan wajah Islam adalah menunjukkan kandungan Islam yang sebenarnya, yaitu Islam sebagai Penyeru Perdamaian dan Keadilan.”
Tema ini memang sering muncul dalam diskusi-diskusi selanjutnya. Dalam khutbah Jumat, yang secara tradisi dijadikan sebagai pembuka konvensi, Dr. Muhammad Nur Abdullah juga menjelaskan mengenai tema konvensi ini. Dalam Islam, katanya, perdamaian dimulai dari apa yang terkandung dalam sembahyang lima kali sehari. Sebab, ia mengatakan, kalau sembahyang atau solat itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka ia akan menimbulkan kedamaian dalam pribadi orang yang menjalankan. Dr. Abdullah menandaskan perdamaian dalam Islam selalu dimulai dari individu yang kemudian memancar kepada masyarakat.
Dalam kesempatan lain, Prof. Mumtaz Ahmad dari Universitas Hampton di Virginia mengatakan dalam Islam keadilan lebih penting daripada perdamaian. Sebab, katanya, tidak akan ada perdamaian tanpa keadilan. Tetapi untuk memperjuangkan keadilan, ia menegaskan, orang tidak boleh berlaku tidak adil, misalnya dengan mencederai apalagi membunuh orang-oorang yang tidak bersalah. Tidak peduli betapa adilnya perjuangan seseorang, tidak ada pembenaran untuk membunuh orang-orang yang tidak berdosa, katanya.
Dr. Nur Muhammad Abdullah mengatakan bahwa salah satu sifat seorang mukmin adalah ia selalu membela keadilan, keadilan bagi seluruh umat manusia. Hal ini terutama penting kalau kita hidup dalam masyarakat plural, katanya.
Walikota Washington Anthony Williams hadir juga pada pembukaan konvensi ini, dimana ia menyerukan kepada umat Islam Amerika agar meneruskan dialog dengan segmen-segmen lain dalam masyarakat Amerika. Dalam kaitan ini, John Borelli dari Gabungan uskup-uskup Katholik yang hadir dalam konvensi ISNA ini mengatakan bahwa ia merasa bersyukur bahwa dialog Muslim-Kristen di Amerika terus berjalan selama beberapa tahun ini. Ia mengatakan, atas nama 400 uskup Katholik di Amerika, ia menyampaikan komitmen masyarakat Katholik Amerika untuk memelihara persahabatan dengan umat Islam Amerika.
Dalam acara jamuan makan, ISNA juga menyerahkan plakat penghargaan kepada kepala polisi Washington dan kepala Dinas Pemadam Kebakaran ibukota Amerika ini yang telah menunjukkan kesigapan ketika terjadi perisitiwa 11 September yang menimpa Departemen Pertahanan Amerika, Pentagon.
Selama konvensi berlangsung, khusus ntuk kawula muda Muslim diadakan konvensi tersendiri di Hotel Hyatt di dekatnya. Mereka yang tergabung dalam organisasi Muslim Student Association, MSA, dan Muslim Youth of North America, MYNA, membahas berbagai masalah yang menyangkut langsung kepentingan mereka. ***