Abu Sayyaf meraup sedikitnya 353 juta peso (US$7,3 juta) dari uang tebusan penculikan-penculikan dalam enam bulan pertama tahun ini, dan telah menculik awak-awak kapal tongkang di tengah serangan militer yang membatasi mobilitas kelompok militan ini, menurut laporan rahasia pemerintah Filipina.
Laporan evaluasi ancaman gabungan militer dan kepolisian yang didapat The Associated Press hari Kamis (27/10) menyatakan bahwa serangan-serangan telah sedikit mengurangi jumlah pejuang Abu Sayyaf, meskipun kelompok itu tetap mampu meluncurkan serangan teroris.
Serangan pemerintah telah menurunkan jumlah militan menjadi 481 orang dalam paruh pertama tahun ini dari 506 pada periode yang sama tahun lalu. Namun kelompok ini masih bisa melakukan 32 pemboman saat itu, sebuah peningkatan 68 persen, dalam upaya mengalihkan serangan militer, menurut laporan itu.
Mereka menggunakan sedikitnya 438 senjata api dan berhasil melakukan sejumlah pelatihan teroris di tengah serangan militer yang konstan.
Presiden Rodrigo Duterte, yang mulai menjabat Juni, telah memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan Abu Sayyaf, yang dikenal atas kebrutalannya. Duterte telah menghapus kemungkinan pembicaraan perdamaian dengan mereka. Ia telah melakukan pembicaraan dengan dua kelompok pemberontak Muslim lainnya yang lebih besar.
Negosiasi damai Duterte dengan pemberontak kemunis telah menghasilkan deklarasi gencaran senjata yang telah menghentikan pertempuran selama bertahun-tahun dengan kelompok gerilya Maois. Hal ini membuat ribuan tentara tersedia untuk melakukan serangan terbesar yang pernah ada melawan Abu Sayyaf di provinsi Sulu dan Basilan di wilayah Selatan.
"ASG bergeser dan menyasar kapal-kapal tongkang berbendera asing yang rentan dan awak mereka akibat operasi militer yang fokus terhadap kelompok itu," kata laporan tersebut, dengan menambahkan bahwa kelompok itu diperkirakan akan mengintensifkan serangan penculikan untuk mendapatkan tebusan di perairan yang sibuk sekitar Filipina bagian selatan, Malaysia dan Indonesia.
Serangan-serangan Abu Sayyaf terhadap kapal-kapal tongkang tahun ini dan penculikan awak-awak Malaysia dan Indonesia telah meningkatkan kewaspadaan keamanan di negara-negara tersebut, di mana para pejabat telah mencoba memetakan strategi untuk melindungi kapal-kapal komersial dan penumpang.
"Pembayaran besar dari penculikan untuk tebusan memungkinkan ASG membeli senjata api dan amunisi," tulis laporan tersebut.
Dari estimasi 353 juta peso uang tebusan yang diterima Abu Sayyaf dari Januari sampai Juni, sejumlah besar dibayar untuk pembebasan 14 awak Indonesia dan empat awak Malaysia yang telah disandera di basis Abu Sayyaf di hutan provinsi Sulu, menurut laporan itu.
Militan-militan itu mendapatkan 20 juta peso ($413.000) dalam uang tebusan untuk pembebasan Marites Flor, perempuan Filipina yang diculik tahun lalu bersama dua warga Kanada dan seorang warga Norwegia dari resor pelabuhan di pulau Samal di wilayah selatan.
Para pejabat Filipina telah mengatakan mereka tidak tahu-menahu mengenai tebusan untuk Flor atau sandera lainnya, dan mereka terus mengadopsi kebijakan tanpa tebusan.
Para militan memenggal kepala dua warga Kanada tersebut setelah tenggat waktu tebusan habis. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mendesak pemerintah-pemerintah untuk tidak membayar tebusan agar penculikan serupa tidak terjadi lagi.
Sandera Norwegia, Kjartan Sekkingstad, dibebaskan bulan lalu setelah disandera selama satu tahun di hutan dan terus diancam akan dipenggal.
Sebelum pembebasan Sekkingstad, Duterte mengindikasikan dalam sebuah konferensi pers bahwa 50 juta peso ($1 juta) telah dibayarkan kepada para militan.
Militer Filipina telah mengatakan bahwa serangan militer yang konstan telah memaksa para militan untuk membebaskan para sandera mereka. [hd]