“We have the power”… Itulah pekikan sekitar 300 perempuan dalam pertemuan di Harare, setelah Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, secara resmi membuka konferensi GlobalPower Woman Network Africa, jaringan beranggotakan perempuan yang bertujuan menghentikan penularan HIV dan mencegah kekerasan terhadap perempuan.
Sekitar 300 perempuan dari seluruh Afrika menghadiri pertemuan itu. Mereka termasuk menteri, anggota parlemen, pengusaha, dan beberapa pemimpin masyarakat madani Afrika. Mereka menghendaki para pemimpin Afrika membuat benua itu sebagai tempat yang lebih baik bagi perempuan dan anak-anak.
Konferensi itu tentang perempuan, tetapi ada pria yang berbicara. Salah satunya adalah Deputi Komisaris Uni Afrika, Erastus Mwencha. Ia mengatakan, “Kondisi kesehatan reproduksi perempuan Afrika tetap rendah. Angka kematian ibu dan anak di benua kita, tercatat yang tertinggi di seluruh dunia. Seharusnya, tak seorang perempuan pun meninggal saat melahirkan.”
Menurut datai PBB, lebih separuh dari semua kematian ibu diperkirakan terjadi di Afrika, dengan angka rata-rata kematian 620 per 100.000 kelahiran yang hidup, dengan jumlah yang sangat berarti dari kematian yang disebabkan penyakit AIDS.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Ngozi Okonjo-Iweala, yang kini menjadi Menteri Keuangan Nigeria adalah pembicara tamu dalam konferensi itu. Ia mengatakan, teknologi yang ada sekarang ini dapat memperbaiki angka kematian di Afrika.
“Pemberdayaan kesehatan perempuan penting dan pemberdayaan anak perempuan lebih penting lagi, untuk masa depan benua Afrika. Pemberdayaan di bidang pendidikan dan kesehatan sangatlah penting. Tak seorangpun pantas meninggal karena HIV pada jaman modern ini, di mana kita sudah memiliki teknologi untuk mencegahnya,” paparnya.
Setelah pertemuan itu, para perempuan akan mengajukan apa yang disebut “Seruan Harare untuk Bertindak” kepada para pemimpin Uni Afrika yang dijadwalkan bertemu bulan Juni di Malawi.
Mereka menghendaki agar para pemimpin Uni Afrika berupaya menggarap hal-hal inti yang berdampak pada anak-anak perempuan di Afrika berkaitan dengan HIV, hak serta kesehatan reproduksi dan seks, serta mempercepat tindakan untuk mencapai Sasaran Pembangunan Millennium (MDG). Mereka juga menginginkan kesetaraan perwakilan di bidang politik.
Sekitar 300 perempuan dari seluruh Afrika menghadiri pertemuan itu. Mereka termasuk menteri, anggota parlemen, pengusaha, dan beberapa pemimpin masyarakat madani Afrika. Mereka menghendaki para pemimpin Afrika membuat benua itu sebagai tempat yang lebih baik bagi perempuan dan anak-anak.
Konferensi itu tentang perempuan, tetapi ada pria yang berbicara. Salah satunya adalah Deputi Komisaris Uni Afrika, Erastus Mwencha. Ia mengatakan, “Kondisi kesehatan reproduksi perempuan Afrika tetap rendah. Angka kematian ibu dan anak di benua kita, tercatat yang tertinggi di seluruh dunia. Seharusnya, tak seorang perempuan pun meninggal saat melahirkan.”
Menurut datai PBB, lebih separuh dari semua kematian ibu diperkirakan terjadi di Afrika, dengan angka rata-rata kematian 620 per 100.000 kelahiran yang hidup, dengan jumlah yang sangat berarti dari kematian yang disebabkan penyakit AIDS.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Ngozi Okonjo-Iweala, yang kini menjadi Menteri Keuangan Nigeria adalah pembicara tamu dalam konferensi itu. Ia mengatakan, teknologi yang ada sekarang ini dapat memperbaiki angka kematian di Afrika.
“Pemberdayaan kesehatan perempuan penting dan pemberdayaan anak perempuan lebih penting lagi, untuk masa depan benua Afrika. Pemberdayaan di bidang pendidikan dan kesehatan sangatlah penting. Tak seorangpun pantas meninggal karena HIV pada jaman modern ini, di mana kita sudah memiliki teknologi untuk mencegahnya,” paparnya.
Setelah pertemuan itu, para perempuan akan mengajukan apa yang disebut “Seruan Harare untuk Bertindak” kepada para pemimpin Uni Afrika yang dijadwalkan bertemu bulan Juni di Malawi.
Mereka menghendaki agar para pemimpin Uni Afrika berupaya menggarap hal-hal inti yang berdampak pada anak-anak perempuan di Afrika berkaitan dengan HIV, hak serta kesehatan reproduksi dan seks, serta mempercepat tindakan untuk mencapai Sasaran Pembangunan Millennium (MDG). Mereka juga menginginkan kesetaraan perwakilan di bidang politik.