JENEWA —
Wabah terakhir terjadi 20 tahun silam, juga di Sudan. Ketika itu, 604 kasus, 156 di antaranya meninggal, dilaporkan di negara bagian Kordofan Selatan, pusat penyebaran penyakit tersebut. Mengingat jumlah kasus dan kematian yang dilaporkan di Darfur, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah sekarang ini lebih buruk daripada sebelumnya. Menurut data terakhir WHO, jumlah terduga pengidap demam kuning mencapai 732 orang, 165 di antaranya meninggal dunia.
WHO melaporkan kampanye imunisasi darurat akan ditujukan pada 5.5 juta orang dan dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama kampanye telah dimulai pada 21 November lalu yang mencakup 2,2 juta orang di 12 distrik dengan jumlah kasus terbanyak.
Tahap kedua kampanye bertujuan menjangkau 1,2 juta orang penduduk di kawasan perkotaan, dan telah dimulai pada pertengahan Desember.
Wakil WHO di Sudan Anshu Banerjee mengatakan orang-orang di kawasan perkotaan lebih rentan terhadap demam kuning dibandingkan dengan penduduk desa. Menurutnya, hal ini disebabkan penyakit ini ditularkan dengan cepat oleh nyamuk ke manusia di kota. Sementara itu, di kawasan pedesaan, monyet merupakan sumber virus dan penyebarannya berlangsung lebih lamban.
Dokter Banerjee mengatakan 2,2 juta orang lainnya akan diimunisasi pada tahap tiga di semua distrik di mana penderita demam kuning ditemukan. “Tantangan utamanya adalah menjangkau mereka di wilayah-wilayah terpencil, antara lain karena masalah transportasi – seperti tidak ada jalan dan sebagainya, dan juga karena masalah keamanan, karena tingginya risiko pembajakan mobil dan lain sebagainya. Jadi ketersediaan transportasi penting. Yang digunakan sekarang ini, misalnya keledai untuk mengangkut vaksin, perlu waktu delapan hingga sepuluh jam untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil.”
Dokter Banerjee mengatakan sebagian besar kasus demam kuning ditemukan di kalangan kaum nomaden. Inilah yang menyebabkan wabah menyebar demikian luasnya di Darfur.
Sepanjang tahun lalu, ujarnya, Darfur yang diguyur hujan lebat menjadi tempat menguntungkan bagi nyamuk untuk berkembangbiak. Ia mengatakan, nyamuk tertular dari kera-kera di hutan, dan selanjutnya nyamuk menulari manusia. “Ada wilayah-wilayah tambang dengan pekerja migran dari Chad dan sebagainya. Jadi, salah satu isu penting untuk menanggulangi wabah di Darfur ini adalah memastikan penyakit ini tidak menyebar ke negara-negara lain, seperti Sudan Selatan dan Chad, dan juga memastikan penyakit ini terisolasi di Darfur, di Sudan, karena inangnya ada di seantero Sudan,” tambahnya.
Demam kuning adalah penyakit yang menyebabkan pendarahan dan tidak ada obatnya. Pendarahan dapat diatasi dengan transfusi darah. Penyakit ini dapat dicegah dengan penggunaan kelambu, obat nyamuk serta mengenakan baju panjang yang menutup tubuh. Langkah pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi.
WHO melaporkan kampanye imunisasi darurat akan ditujukan pada 5.5 juta orang dan dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama kampanye telah dimulai pada 21 November lalu yang mencakup 2,2 juta orang di 12 distrik dengan jumlah kasus terbanyak.
Tahap kedua kampanye bertujuan menjangkau 1,2 juta orang penduduk di kawasan perkotaan, dan telah dimulai pada pertengahan Desember.
Wakil WHO di Sudan Anshu Banerjee mengatakan orang-orang di kawasan perkotaan lebih rentan terhadap demam kuning dibandingkan dengan penduduk desa. Menurutnya, hal ini disebabkan penyakit ini ditularkan dengan cepat oleh nyamuk ke manusia di kota. Sementara itu, di kawasan pedesaan, monyet merupakan sumber virus dan penyebarannya berlangsung lebih lamban.
Dokter Banerjee mengatakan 2,2 juta orang lainnya akan diimunisasi pada tahap tiga di semua distrik di mana penderita demam kuning ditemukan. “Tantangan utamanya adalah menjangkau mereka di wilayah-wilayah terpencil, antara lain karena masalah transportasi – seperti tidak ada jalan dan sebagainya, dan juga karena masalah keamanan, karena tingginya risiko pembajakan mobil dan lain sebagainya. Jadi ketersediaan transportasi penting. Yang digunakan sekarang ini, misalnya keledai untuk mengangkut vaksin, perlu waktu delapan hingga sepuluh jam untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil.”
Dokter Banerjee mengatakan sebagian besar kasus demam kuning ditemukan di kalangan kaum nomaden. Inilah yang menyebabkan wabah menyebar demikian luasnya di Darfur.
Sepanjang tahun lalu, ujarnya, Darfur yang diguyur hujan lebat menjadi tempat menguntungkan bagi nyamuk untuk berkembangbiak. Ia mengatakan, nyamuk tertular dari kera-kera di hutan, dan selanjutnya nyamuk menulari manusia. “Ada wilayah-wilayah tambang dengan pekerja migran dari Chad dan sebagainya. Jadi, salah satu isu penting untuk menanggulangi wabah di Darfur ini adalah memastikan penyakit ini tidak menyebar ke negara-negara lain, seperti Sudan Selatan dan Chad, dan juga memastikan penyakit ini terisolasi di Darfur, di Sudan, karena inangnya ada di seantero Sudan,” tambahnya.
Demam kuning adalah penyakit yang menyebabkan pendarahan dan tidak ada obatnya. Pendarahan dapat diatasi dengan transfusi darah. Penyakit ini dapat dicegah dengan penggunaan kelambu, obat nyamuk serta mengenakan baju panjang yang menutup tubuh. Langkah pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi.