Tautan-tautan Akses

Afrika Selatan Deteksi Varian Baru Virus Corona


Petugas medis bersiap mengevakuasi jenazah pasien virus corona yang telah meninggal dunia, di unit perawatan intensif sebuah rumah sakit di Machakos, Kenya, Jumat, 20 Agustus 2021. (Foto: AP)
Petugas medis bersiap mengevakuasi jenazah pasien virus corona yang telah meninggal dunia, di unit perawatan intensif sebuah rumah sakit di Machakos, Kenya, Jumat, 20 Agustus 2021. (Foto: AP)

Ilmuwan Afrika Selatan mendeteksi adanya varian baru virus corona dengan banyak mutasi. Namun mereka belum menentukan apakah virus itu lebih menular atau mampu menembus kekebalan yang diberikan oleh vaksin atau infeksi sebelumnya.

Varian baru itu, yang dikenal sebagai C.1.2, pertama kali terdeteksi pada Mei dan kini telah menyebar ke sebagian besar provinsi di Afrika Selatan dan ke tujuh negara lain di Afrika, Eropa, Asia, dan Oseania, menurut penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Virus itu mengandung banyak mutasi yang terkait varian lain dengan peningkatan penularan dan penurunan sensitivitas terhadap antibodi penetralisir. Namun mereka terjadi dalam campuran yang berbeda dan ilmuwan belum yakin bagaimana mereka mempengaruhi perilaku virus. Tes laboratorium sedang dilakukan untuk menentukan seberapa baik varian itu dinetralkan oleh antibodi.

Afrika Selatan adalah negara pertama yang mendeteksi varian Beta, satu dari hanya empat yang diberi label "mengkhawatirkan" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Beta diyakini lebih mudah menular dibandingkan versi asli virus corona yang menyebabkan COVID-19. Ada bukti bahwa vaksin kurang ampuh untuk melawan varian Beta, sehingga beberapa negara membatasi perjalanan ke dan dari Afrika Selatan. [ka/ah]

XS
SM
MD
LG