Pejabat kesehatan Afrika Selatan mengatakan gelombang baru COVID-19 di negara itu didorong oleh varian baru virus corona. Namun, mereka juga mengimbau agar publik jangan panik.
Dalam beberapa hari terakhir, Afrika Selatan telah mengalami perebakan gelombang kedua yang kuat, dengan pemerintah mencatat sekitar 9.000 kasus baru setiap hari. Perkembangan ini membuat negara itu menjadi pusat virus di Afrika, dengan hampir 350.000 kasus dikonfirmasi sejak Maret, dan hampir 25.000 kematian.
Menteri Kesehatan Dr. Zweli Mkhize mengatakan para ahli epidemiologi memperkirakan akan terjadi peningkatan lebih jauh karena banyak orang Afrika Selatan yang kembali bekerja pada Januari dari liburan musim panas selama sebulan. Namun, menurutnya tidak perlu ada perubahan strategi.
“Tidak perlu panik, juga tidak perlu ada beberapa pengobatan baru yang akan kita perlukan, atau saat ini menanyakan apakah pengobatan yang telah digunakan akan efektif atau tidak,” katanya pada pengarahan singkat virtual Jumat. “Saat ini, penanganan sudah efektif bahkan sebelum kita tahu ada varian. Jadi kami ingin meyakinkan publik."
Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr. Angelique Coetzee, mengatakan para dokter mengamati satu perbedaan "utama" terkait varian tersebut.
“Dulu anak muda tidak mudah sakit, sekarang kita menyaksikan orang-orang, terutama yang kelebihan berat badan, berusia sekitar 20 dan 30 tahun, juga dirawat di ICU dengan peradangan parah akibat virus ini,” katanya.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan varian baru tidak lebih kuat dari virus pertama. [my/jm]