Maskapai penerbangan Air France mengatakan akan mengizinkan awak kabin dan pilot untuk menghindari rute penerbangan ke Teheran setelah beberapa staf mengatakan mereka tidak mau dipaksa menutupi rambutnya saat berada di Iran.
Air France, bagian dari grup perusahaan Perancis-Belanda Air France-KLM, sedang bersiap untuk meluncurkan kembali penerbangan ke Teheran mulai 17 April setelah vakum delapan tahun karena sanksi ekonomi.
Setelah pertemuan antara manajemen Air France dan serikat pekerja Senin (4/4), maskapai itu mengatakan akan menawarkan staf perempuan pilihan untuk tidak ikut dalam penerbangan tersebut.
Undang-undang Iran mewajibkan perempuan menutup rambut mereka di tempat umum. Serikat pekerja telah mengemukakan keprihatinan mereka atas aturan Air France yang mewajibkan awak perempuan untuk memakai kerudung saat meninggalkan pesawat.
Debat mengenai pemakaian kerudung dan simbol agama lainnya di tempat umum terutama memanas di Perancis, yang menekankan pentingnya pemisahan negara dan lembaga-lembaga agama.
"Kewajiban ini tidak berlaku selama penerbangan dan dihormati oleh semua maskapai internasional yang melayani Republik Iran," ujar Air France dalam pernyataan tertulis hari Senin.
Seorang juru bicara untuk British Airways, bagian dari International Consolidated Airlines Group, yang berencana meluncurkan kembali penerbangan ke Iran dari Heahtrow pada 14 Juli, mengatakan akan membuat rekomendasi-rekomendasi untuk awaknya menjelang hari H.
Maskapai Jerman, Lufthansa, yang terus terbang ke Teheran selama masa sanksi, mengatakan tidak mengalami masalah apa pun dan bahwa awak pesawat mengikuti aturan untuk menutup kepala di tempat umum.
Nicoley Baublies, kepala serikat awak kabin utama Lufthansa, mengatakan beberapa awak kabin telah mengemukakan keprihatinan, tapi tidak sampai setingkat Air France. [hd]