Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh bulan lalu di Laut Jawa tampaknya menanjak dengan sudut yang ekstrem, lalu jatuh dan menghilang dari radar, kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan hari Selasa (20/1).
Berbicara di DPR, Menhub Ignasius Jonan mengatakan data radar menunjukkan pesawat Airbus A320 itu menanjak 6.000 kaki per menit sebelum menghilang dan jatuh, menewaskan ke-162 orang didalamnya. Sejauh ini baru 53 mayat ditemukan.
“Tidak normal sebuah pesawat menanjak seperti itu, sangat jarang dilakukan pesawat komersil yang biasanya hanya menanjak antara 1.000 hingga 2.000 kaki per menit,” kata Ignasius. “Penanjakan 6.000 kaki per menit itu hanya bisa dilakukan pesawat tempur.”
Namun ia tidak mengatakan apa yang menyebabkan pesawat itu menanjak demikian cepat.
Dalam kontak terakhir dengan pejabat lalu lintas udara, kedua pilot pesawat itu meminta untuk naik dari ketinggian 32.000 ke 38.000 kaki guna menghindari awan badai, tetapi ditolak karena lalulintas udara yang ramai. Empat menit kemudian, pesawat itu menghilang meskipun menara pengawas di darat tidak menerima sinyal SOS.
Jika sudut tanjakan terlalu tinggi, pesawat akan tiba-tiba kehilangan kecepatan. Tahun 2009, sebuah pesawat Airbus A330 milik maskapai Air France menghilang di atas Samudera Atlantik dalam cuaca buruk. Berdasarkan kotak hitam, penyidik menyimpulkan pesawat itu mulai menanjak dengan tajam dan tidak bisa terbang lagi secara normal, kemudian jatuh ke laut.
Menurut kantor berita Associated Press, juru bicara Airbus, Justin Dubon hari Selasa mengatakan terlalu dini untuk menyimpulkan adanya persamaan dalam kedua kecelakaan tersebut.