Tautan-tautan Akses

Akhir Drama Pendiri WikiLeaks: Assange Mengaku Bersalah dalam Kesepakatan dengan AS


Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, meninggalkan gedung pengadilan distrik AS di Saipan, Kepulauan Mariana Utara, pada 26 Juni 2024. (Foto: Reuters/Kim Hong Ji)
Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, meninggalkan gedung pengadilan distrik AS di Saipan, Kepulauan Mariana Utara, pada 26 Juni 2024. (Foto: Reuters/Kim Hong Ji)

Pendiri WikiLeaks Julian Assange telah mengaku bersalah atas satu tuduhan kejahatan karena menerbitkan dokumen rahasia militer AS dalam kesepakatan dengan jaksa Departemen Kehakiman AS yang menjamin kebebasannya. Pengakuan bersalah itu mengakhiri drama hukum berlarut-larut yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang memicu perbedaan pendapat mengenai kebebasan pers dan keamanan nasional.

Pengakuan bersalah tersebut dia sampaikan pada Rabu (26/6) pagi di pengadilan federal AS di Saipan, ibu kota Kepulauan Mariana Utara, sebuah wilayah persemakmuran AS di Pasifik. Dia tiba di pengadilan sesaat sebelum sidang dimulai dan tidak menjawab pertanyaan wartawan.

Meskipun kesepakatan dengan jaksa mengharuskan dia untuk mengakui kesalahan atas satu tuduhan kejahatan, hal itu juga akan memungkinkan dia untuk kembali ke negara asalnya, Australia, tanpa harus mendekam di penjara Amerika. Dia telah dipenjara di Inggris selama lima tahun terakhir, melawan ekstradisi ke Amerika Serikat atas dakwaan melanggar Undang-Undang Spionase yang mengancam hukuman penjara yang lama jika terbukti bersalah.

Akhir dari drama yang tiba-tiba ini memungkinkan kedua pihak untuk mengklaim kemenangan, di mana Departemen Kehakiman AS mampu menyelesaikannya tanpa menggelar persidangan terhadap kasus yang menimbulkan masalah hukum yang pelik dan kemungkinan tidak akan pernah sampai ke pengadilan sama sekali mengingat lambatnya proses ekstradisi.

WikiLeaks, situs pembocor rahasia yang didirikan oleh Assange pada tahun 2006, memuji pengumuman kesepakatan tersebut, dan mengatakan pihaknya berterima kasih kepada “semua pihak yang mendukung kami, berjuang untuk kami, dan tetap berkomitmen penuh dalam memperjuangkan pembebasan Assange.”

Kesepakatan tersebut, yang diungkapkan Senin (24/6) malam dalam surat Departemen Kehakiman yang tidak begitu rinci, merupakan babak terbaru dan mungkin terakhir dalam pertarungan hukum yang melibatkan pakar komputer Australia yang eksentrik itu, yang telah dipuji oleh para pendukungnya sebagai pejuang transparansi, tetapi dikecam oleh para aktivis keamanan nasional yang bersikeras bahwa penghinaannya terhadap kerahasiaan pemerintah membahayakan nyawa dan menyimpang jauh dari tugas jurnalisme tradisional.

Departemen Kehakiman AS setuju untuk mengadakan sidang di pulau yang jauh dari daratan AS itu karena Assange menentang kedatangannya ke benua AS dan karena letaknya yang dekat dengan Australia, tempat ia akan pulang.

Pengakuan bersalah tersebut menyelesaikan kasus pidana yang diajukan oleh Departemen Kehakiman pemerintahan Trump sehubungan dengan penerimaan dan publikasi catatan perang dan telegram diplomatik yang merinci kesalahan militer AS di Irak dan Afghanistan. Jaksa menuduh bahwa ia berkonspirasi dengan mantan analis intelijen Angkatan Darat AS Chelsea Manning untuk mendapatkan dokumen-dokumen tersebut dan mempublikasikannya tanpa memperhatikan keamanan nasional Amerika, termasuk dengan mengungkapkan nama orang-orang yang memberikan informasi kepada pasukan AS.

Namun aktivitas Assange mendapat banyak sambutan dari para pendukung kebebasan pers, yang memuji perannya dalam mengungkap perilaku militer yang mungkin tersembunyi. Di antara file yang dipublikasikan WikiLeaks adalah video serangan helikopter Apache tahun 2007 oleh pasukan Amerika di Bagdad yang menewaskan 11 orang, termasuk dua jurnalis Reuters. [lt/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG