Haryanto Kabul, warga Magelang, Jawa Tengah mengaku tidak begitu paham dengan rencana aksi besar yang akan digelar Jumat lusa (8/9). Padahal, rumahnya hanya beberapa kilometer dari Masjid An Nur, yang akan digunakan sebagai pusat aksi tersebut.
“Tidak terlalu banyak membicarakan hal itu, baik saya maupun para tetangga. Biasa saja sih, ya kami tahu mau ada aksi demo, tetapi tidak terlalu diperbincangkan. Kabarnya awalnya mau di Borobudur tapi nggak dapat ijin,” kata Haryanto.
Belum ada kepastian mengenai berapa jumlah massa yang akan terlibat. Namun Suyadi Al Abu Fatih, salah satu pimpinan dalam kepanitiaan aksi ini berharap, kali ini bisa membuat demo yang lebih besar, dari Aksi Bela Islam di Jakarta akhir tahun lalu. Setidaknya, kata Abu Fatih yang juga pimpinan FPI Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, sudah ada lebih dari 280 elemen organisasi yang menyatakan akan ikut hadir. Masjid-masjid di sekitar lokasi aksi, yang berjarak 1,5 kilometer dari Candi Borobudur, dikabarkan siap menampung kedatangan para peserta.
“Insya Allah sudah siap semua. Hari ini kami juga bertemu perwakilan Kapolri, dan kita sepakat bahwa ini akan menjadi aksi rahmatan lil alamin dari Borobudur, rahmat untuk seluruh alam semesta,” ujar Abu Fatih.
Abu Fatih mencoba meluruskan persepsi masyarakat yang terbentuk selama ini, bahwa aksi akan dilakukan di Candi Borobudur. Menurutnya, sejak awal tidak ada rencana demo di lingkungan candi itu. Borobudur memang adalah nama sebuah kecamatan dimana aksi akan berlangsung, disamping nama candi itu sendiri. Pemilihan lokasi di kawasan itu, kata Abu Fatih, justru untuk memperlihatkan sikap toleran umat muslim yang turut merawat candi Buddha itu selama ini.
“Kenapa kita memilih tempat di Borobudur? Karena itu adalah lambang penyebaran ajaran agama Buddha. Nah, dengan adanya aksi yang digelar untuk kepedulian saudara muslim Rohingya yang dibantai oleh rejim di sana itu, kita ingin menunjukkan, bahwa inilah Indonesia. Inilah kebhinnekaan. Karena dengan digelar di sana, menunjukkan sikap kedewasaan kaum muslimin yang mayoritas di Indonesia. Di mana tempat ibadah kaum Buddha, nanti tidak akan ada apa-apa, bahkan selalu dipelihara. Dari dulu, itu kita memang tidak pernah kepikiran untuk beraksi di Candi Borobudur,” kata Suyadi Al Abu Fatih.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian di Jakarta hari Selasa kemarin sudah menegaskan bahwa aksi di lingkungan Candi Borobudur tidak boleh dilakukan. Kapolda Jawa Tengah bahkan diperintahkan untuk tidak mengeluarkan izin.
Menurut Tito, kasus pembunuhan terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar, tidak ada kaitannya dengan agama tertentu. "Bukan masalah keagamaannya. Di sini Walubi dan kelompok Buddha sudah mengeluarkan sikap keras. Mereka mengecam pemerintah Myanmar dan memberikan bantuan ke Rohingya," ujar Tito.
Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Azhar Simanjutak kepada VOA juga mengaku tidak setuju jika aksi digelar di Candi Borobudur. Dia menegaskan, umat Islam Indonesia justru akan tersudut jika demo digelar di lingkungan candi itu.
Dahnil tidak setuju, konflik di Myanmar dijadikan alasan untuk mengimpor ketegangan ke Indonesia. "Penting untuk membangun solidaritas global dan kita harus melawan politisasi yang dilakukan berbagai politik yang tidak mau aksi semacam ini berjalan damai," ujar Dahnil.
Dahnil mengaku sudah bertemu dengan pimpinan aksi beberapa hari yang lalu, dan akhirnya disepakati pemindahan lokasi. Tokoh pemuda inipun kemungkinan besar akan hadir, untuk mengawal jalannya aksi agar tidak melenceng dari tujuan awal, yaitu merefleksikan kepedulian terhadap korban kekerasan berdarah di Myanmar.
“Simpati dan empati itu jangan kemudian tanpa sadar itu menciptakan destruksi atau kerusakan. Ini tanpa sadar bisa terjadi. Kenapa? Karena salah mengalamatkan kepedulian itu, dan di sisi yang lain salah dalam mengekspresikan kepedulian itu. Nah, saya juga melihat terkait apa yang terjadi di Rohingya ini, kemudian ada kelompok-kelompok di Indonesia yang berusaha mengimpor kebencian, melakukan politisasi di Indonesia, menggunakan semangat ukhuwah Islamiyah, terkait praktek pembantaian yang terjadi di Myanmar,” kata Dahnil Azhar Simanjuntak.
Polda Jawa Tengah sendiri akan mengerahkan 2500 personel pengamanan untuk mengawal aksi tersebut. Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Condro Kirono mengatakan, pengamanan Candi Borobudur akan tetap dilakukan pada Jumat.
“Selain antisipasi gejolak keamanan terkait aksi unjuk rasa, juga untuk menyambut kedatangan Presiden RI Joko Widodo di Magelang untuk menghadiri peringatan Haornas tahun 2017,” ujar Condro Kirono.
Menurut Sekretaris Daerah Pemda Jawa Tengah, Sri Puryono, Candi Borobudur akan ditutup selama satu hari bagi pengunjung perorangan, namun tetap dibuka bagi wisatawan asing dan rombongan yang telah memesan tiket.
Dari Yogyakarta sendiri dikabarkan, sejumlah biro perjalanan menyarankan adanya penjadwalan ulang, bagi paket wisata ke Borobudur yang sudah dibeli sebelumnya. [ns/uh]