Tepi Barat, Palestina (AP) - Petani-petani Palestina dan sejumlah aktivis perdamaian Israel mengatakan serangan-serangan yang dilakukan oleh pemukim ekstremis Yahudi di Tepi Barat dalam beberapa bulan terakhir ini meningkat. Di desa Burin-Palestina, dua minggu setelah pemukim ekstremis menyerang dan melukai tujuh orang, hari Senin (7/2) ratusan aktivisi perdamaian membantu menanam pohon zaitun. Para aktivis menuduh pemerintah dan pasukan keamanan Israel tidak berbuat banyak untuk menghentikan kekerasan oeh para pemukim itu.
Ratusan aktivis perdamaian Israel dan Palestina hari Senin (7/2) menanam pohon zaitun di bukit-bukit di Tepi Barat, yang terletak diantara desa Burin di Palestina dan beberapa kawasan permukiman Israel. Mereka memprotes apa yang mereka katakan sebagai peningkatan gelombang serangan oleh pemukim ekstremis Yahudi.
Nasser Abed Raba, seorang petani Palestina, mengatakan ia datang untuk menunjukkan dukungan kepada teman-temannya di desa Burin yang diserang oleh warga Yitzhar, permukiman Yahudi di dekat desa itu. Ia mengatakan pohon zaitun yang ditanamnya itu menunjukkan hubungan warga Palestina dengan tanah itu. Ini adalah pohon yang diberkati, yang disebut dalam Al Qur'an, Taurat dan Injil, ujarnya.
Dua minggu lalu sekitar sepuluh pemukiman ekstremis menyerang para petani Palestina dan warga Israel yang mendukung mereka. Sedikitnya tujuh orang luka dan sebuah mobil dibakar. Kini kelompok-kelompok hak asasi berkoordinasi dengan tentara Israel untuk mempertahankan pemisahan antara pemukim dan aktivis-aktivis perdamaian itu.
Rabbi Yehiel Grenimann yang merupakan anggota “Rabbis for Human Rights” – suatu organisasi di Israel yang bertujuan mempromosikan keadilan ekonomi dan sosial – mengatakan.
“Kami sebagai sebuah kelompok menilai apa yang dilakukan orang-orang ini justru menodai nama Tuhan, Hilul Hashem. Mereka mengaku mewakili agama, tetapi saya pikir mereka salah mengartikan agama. Poin dasar bagi kami adalah Yudaisme adalah agama yang melihat semua manusia sebagai ciptaan Tuhan dan semua manusia layak dihormati dan dilindungi di bawah hukum,” ujarnya.
PBB mengatakan sepanjang tahun 2021 lalu telah terjadi hampir 500 kali serangan oleh pemukim ekstremis Yahudi terhadap warga Palestina, dan hanya sedikit dakwaan yang diajukan.
Aktivis-aktivis pemukim mengatakan hanya sebagian ekstremis pemukim yang bertanggungjawab atas serangan itu, dan bahwa serangan oleh warga Palestina terhadap pemukim dan tentara di Tepi Barat juga telah meningkat.
Aktivis pemukim di Tepi Barat, Yisrael Medad mengatakan, “Saya sangat marah dan sebenarnya secara pribadi sangat terluka dengan kekerasan yang ditunjukkan dua kelompok Yahudi itu, terlepas dari kondisi yang memicu tindakan mereka. Saya juga merasa sangat ngeri karena kekerasan itu merupakan reaksi terhadap sekelompok orang Yahudi dan Arab yang datang untuk mengelola tanah ini.”
Anggota sayap kiri di parlemen Israel mengutuk serangan oleh kelompok ekstremis itu dan menuntut pemerintah berbuat lebih banyak untuk menghentikan aksi kekerasan tersebut.
Wakil Menteri Ekonomi & Industri Israel Yair Golan mengatakan, “Ada elemen-elemen, dan saya tidak dapat menggambarkannya selain sebagai elemen nasionalis dan ekstremis, yang melakukan tindakan-tindakan sebagaimana yang dialami warga Yahudi sepanjang sejarah.”
Ahmed Tibi, politisi Arab-Israel yang menjabat sebagai Wakil Ketua Knesset (parlemen Israel, red) juga ikut serta dalam unjuk rasa itu.
“Mereka merasa dapat melakukan serangan tanpa hukuman. Mereka bangga dapat melakukan serangan, kami tahu ini. Itu sebabnya terus menerus terjadi serangan dan aksi kekerasan, dan hal ini mendapat tanggapan keras dari warga Palestina,” kata Tibi.
Aktivis-aktivis perdamaian mengatakan jika pemerintah dan tentara tidak melakukan lebih banyak hal untuk menghentikan tindakan pemukim ekstremis ini, maka siklus aksi kekerasan antara warga Israel dan Palestina akan semakin memburuk. [em/jm]