Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dinilai gagal menghentikan perang Israel-Hamas dan rakyat Palestina yang tidak berdosa yang harus membayar harganya sangat mahal. Hal ini disampaikan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun dalam aksi menyalakan lilin di halaman Kedutaan Besar Palestina di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis malam (2/11).
“PBB tidak mampu mempertahankan resolusi yang diajukan banyak negara. Mereka tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya. PBB telah gagal menghentikan perang ini,” ujarnya.
Majelis Sidang Umum PBB pada akhir Oktober lalu merilis resolusi untuk menyudahi perang Israel-Hamas, yang antara lain berisi desakan pemberlakuan gencatan senjata, perlindungan warga dan obyek sipil serta staf bantuan kemanusiaan, memberikan izin masuknya bantuan dan membebaskan seluruh tahanan. Resolusi itu didukung 120 negara. Namun 14 negara lainnya menolak, sementara 45 negara abstain.
Dubes Zuhair Al Shun menyampaikan kekecewaannya karena tidak banyak negara yang tergerak membantu warga Palestina di Gaza yang dibombardir Israel dari darat dan udara.
“Ribuan warga kami tewas, tapi dunia hanya diam saja. PBB hanya diam saja, tidak melakukan apa-apa,” ujar Shun yang berbicara lewat penerjemahnya. Ditambahkannya, “warga Palestina punya hak untuk bertahan, hak untuk merdeka. Israel tidak berhak melakukan agresi militer terhadap warga Palestina. Israel telah melakukan genosida.”
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, hari Kamis (2/11) mengatakan lebih dari 8.805 warga di Gaza dan 130 warga di Tepi Barat tewas dalam konflik selama tiga minggu ini.
FPCI: Warga Sipil Tak Seharusnya Menanggung Collective Punishment
Aksi menyalakan lilin ini diinisiasi oleh anggota-anggota Foreign Policy of Community Indonesia (FPCI), suatu organisasi non-politik dan non-partisan yang bertujuan membahas dan memperkenalkan isu-isu kebijakan dan hubungan luar negeri pada aktor terkait di Indonesia. Puluhan warga juga tampak ikut bergabung dalam doa dan menyalakan lilin ini.
Pendiri FPCI yang juga mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Dino Pati Djalal menyampaikan keprihatinannya dengan terus jatuhnya korban sipil, yang menurutnya “tidak dapat diterima.” “Saat ini warga sipil menerima apa yang disebut sebagai collective punishment. Tidak peduli perempuan, anak-anak atau lansia, semua diserang,” ujarnya.
Ia mendukung sepenuhnya resolusi terbaru PBB, termasuk desakan pemberlakuan gencatan senjata sesegera mungkin. Dino, yang juga pernah menjadi wakil menteri luar negeri, mengatakan satu-satunya solusi untuk mengakhiri konflik itu sebenarnya adalah “solusi dua negara,” yang telah berulangkali disampaikan Indonesia dan juga PBB. Tetapi ia mengakui solusi itu semakin tak terengkuh melihat memburuknya situasi di Gaza saat ini, dengan korban tewas yang belum pernah terjadi dalam lima konflik Israel-Palestina sebelumnya.
PBB Berupaya Keras Agar Bahan Bakar Dapat Diizinkan Masuk
Dalam perkembangan lainnya, juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, Kamis (2/11) mengatakan pihaknya sedang berupaya keras agar Israel mengizinkan masuknya bahan bakar ke Jalur Gaza. Beberapa rumah sakit sudah memberitahu PBB bahwa mereka akan sama sekali kehabisan bahan bakar dan “terpaksa menghentikan seluruh operasi.”
Dujarric mengatakan “PBB bertekad melanjutkan upaya intensif kami dengan semua pihak untuk meringankan penderitaan warga yang paling rentan di Gaza.”
Seorang pemimpin militer Israel mengatakan pihak tentara dapat mengizinkan masuknya bahan bakar jika ada jaminan bahwa semata-mata hanya digunakan untuk rumah sakit dan tidak akan direbut Hamas. Namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu buru-buru menampik pernyataan itu dengan mengatakan tidak akan memberikan izin apapun bagi masuknya bahan bakar ke Jalur Gaza. [iy/em]
Forum