Tautan-tautan Akses

Aktivis Berunjuk Rasa Menentang Rencana Pembuangan Air Fukushima


Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Kota Okuma, prefektur Fukushima, sebelah utara Tokyo, pada 17 Maret 2022. (Foto: Kyodo via AP)
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Kota Okuma, prefektur Fukushima, sebelah utara Tokyo, pada 17 Maret 2022. (Foto: Kyodo via AP)

Puluhan aktivis antinuklir pada Selasa (16/5) berunjuk rasa menuntut Jepang agar membatalkan rencana membuang air yang sudah diolah, tetapi masih mengandung radioaktif ke laut dari sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang rusak akibat tsunami.

“Jangan buang air tercemar ke laut!” seru para pengunjuk rasa di luar kantor pusat TEPCO, operator PLTN tersebut, di Tokyo. Mereka juga membawa spanduk dengan tuntutan seperti “Jangan cemari Pasifik dengan radioaktif,” dan “Stop air terkontaminasi.”

Unjuk rasa dilakukan sementara TEPCO hampir menyelesaikan pembangunan fasilitas yang diperlukan sebelum pembuangan air yang diperkirakan berlangsung setelah Juni.

Kyoungsook Choi, seorang aktivis Korea Selatan, mengatakan, “Lautan Pasifik bukan milik Jepang. Ini milik semua makhluk hidup di dalam lautan dan siapa pun yang bergantung padanya untuk mata pencaharian mereka.” Ia menambahkan bahwa Jepang tidak punya hak untuk membuang air radioaktif.

Gempa bumi kuat dan tsunami pada tahun 2011 merusak sistem pendingin PLTN Fukushima Daiichi, merusak tiga reaktor, dan menyebabkan air pendingin di sana mengandung kadar radioaktif tinggi dan bocor ke ruang bawah tanah bangunan reaktor.

Air tersebut dikumpulkan, diolah dan disimpan di tangki-tangki yang menutup sebagian besar PLTN tersebut.

Pemerintah dan TEPCO mengatakan tangki-tangki itu harus disingkirkan untuk memberi ruang bagi penonaktifan PLTN tersebut dan untuk meminimalkan risiko kebocoran seandainya terjadi bencana lainnya.

Rencana ini menghadapi protes keras dari komunitas nelayan setempat yang khawatir mengenai keamanan dan rusaknya reputasi.

Negara-negara tetangga, termasuk Korea Selatan, China dan negara-negara Kepulauan Pasifik, telah memprotes rencana itu.

Para pejabat Jepang mengatakan air itu akan disaring dengan aman dan kemudian diencerkan dengan sejumlah besar air laut sebelum dibuang, membuatnya tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Beberapa ilmuwan mengatakan dampak jangka panjang, paparan tritium dosis rendah dan radionuklida lainnya terhadap lingkungan dan manusia masih belum diketahui dan pembuangan itu seharusnya ditunda.

Tokyo dan Seoul sepakat untuk menerima satu delegasi Korea Selatan berkunjung ke PLTN Fukushima Daiichi pada akhir Mei untuk mengamati persiapan pembuangan sementara kedua pihak berupaya untuk memperbaiki hubungan yang tegang akibat sengketa sejarah. [uh/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG