Menjelang peringatan lima tahun “Hari Kemarahan” terhadap kemiskinan, penggangguran, korupsi politik dandan terutama tiga puluh tahun berkuasanya rejim Presiden Hosni Mubarak, jalan-jalan di berbagai kota di Mesir hari Senin (25/1) tampak sepi. Padahal lima tahun lalu, jutaan orang yang menduduki Lapangan Tahrir dan jalan-jalan di seluruh kota di Mesir berhasil menggulingkan Mubarak dan memulai apa yang mereka harapkan bisa menjadi jalur perubahan.
Media pemerintah Mesir hari Senin melaporkan ada demonstrasi kecil anti-pemerintah di beberapanegara bagian. Belum ada laporan tentang korban jiwa.
Kantor berita Mesir ‘Middle East News Agency’ juga melaporkan puluhan demonstran pro-pemerintah berunjukrasa di Lapangan Tahrir, membagi-bagikan bunga dan permen kepada polisi, menandai Hari Kepolisian yang juga diperingati pada tanggal yang sama. Pemerintah mengambil langkah tegas untuk memastikan bahwa hanya demonstran pro-pemerintah yang berada di Lapangan Tahrir.
Polisi Mesir dilaporkan membunuh “dua anggota kelompok teroris” di pinggiran Kairo dalam suatu baku tembak. Mesir sedang berupaya mengatasi pemberontakan kelompok Islamis yang terkait ISIS. Pemerintah juga mencap kelompok Ikhwanul Muslimin yang kini dilarang, sebagai kelompok teror.
Beberapa aktivis mengatakan lima tahun setelah pergolakan di mulai, banyak warga Mesir yang bahkan menghadapi lebih banyak tantangan sulit dibanding tahun 2011. “Mesir sekarang ini berbeda, jauh lebih menindas,karena ketakutan akan alternatif yang muncul,” ujar wartawan Mesir Wael Eskandar kepada VOA melalui percakapan di Facebook. Itulah sebabnya ia percaya revolusi masih terus berjalan.
“Revolusi adalah proses yang panjang dan melihat apa yang terjadi hari ini, tampaknya revolusi belumselesai”, tambahnya. “Faktanya rejim El Sissi masih melihat revolusi sebagai ancaman, yang berarti ini belum usai. Soal apakah bakal ada masa depan atau tidak, itu urusan lain”.
Sebuah kartun yang disebarluaskan melalui Twittermenunjukkan ketakutan pemerintahan El Sissi akan kemungkinan terjadinya lagi revolusi rakyat. Pemimpin Mesir itu digambarkan menekan punggungnya ke pintu, dan suara dari balik pintu mengatakan “Buka Pak Presiden, Ini Saya, Hari Esok”.
Dalam dua minggu terakhir pasukan keamanan Mesir telah menggerebek lebih dari 5.000 rumah, mencari tanda-tanda persiapan revolusi, suatu peningkatan yang dramatis, kata beberapa aktivis, atas penumpasan yang terus terjadi setelah Sissi terpilih sebagai presiden.
Bagi Eskander, tanggal 25 Januari atau diberi tanda #25 lebih dari sekedar tanggal dalam sejarah. “Penting untuk mengingat tanggal itu tidak saja sebagai sebuah peristiwa yang sudah berakhir, tetapi sesuatu yang masih terus berlangsung”, ujarnya. Ditambahkannya “ini adalah gagasan yang terus hidup walaupun rezim berusaha menumpasnya dengan menjelek-jelekkan dan bahkan dengan berusaha merangkulnya.
Ditambahkannya “saya tidak mengatakan hal ini untuk memotivasi siapa pun, tetapi karena ini adalah kebenaran.” [em]