Angkatan Laut Sri Lanka telah menyelamatkan 104 orang Rohingya yang terkatung-katung di lepas pantai utara negara itu, kata seorang pejabat hari Senin, sementara para anggota masyarakat minoritas Muslim itu terus berupaya melarikan diri dari kekerasan di Myanmar dan kesulitan di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Banyak pengungsi Rohingya yang mempertaruhkan hidup mereka setiap tahun dengan berupaya mencapai negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia dengan kapal-kapal reyot. Jumlah mereka melonjak seiring memburuknya kondisi di kamp-kamp dan kudeta militer tahun lalu di Myanmar.
Kapal itu pertama kali dideteksi oleh Angkatan Laut Sri Lanka sewaktu berada pada jarak 3,5 mil laut dari pantai. Operasi pencarian dan penyelamatan diluncurkan untuk akhirnya menarik kapal itu ke pelabuhan utara hari Minggu malam, kata juru bicara Angkatan Laut, Kapten Gayan Wickramasuriya.
“Orang-orang itu diserahkan kepada polisi,” kata Wickramasuriya kepada Reuters. “Polisi akan menyerahkan mereka ke pengadilan yang akan memutuskan langkah selanjutnya.”
Menurut pernyataan Angkatan Laut, ada 104 warga negara Myanmar yang ditemukan berada di sebuah kapal pukat kecil yang diduga berasal dari Myanmar dan sedang menuju Indonesia ketika mesin kapal itu bermasalah di laut yang berombak besar.
Wickramasuriya mengatakan 39 perempuan dan 23 anak di bawah umur termasuk di antara mereka yang diselamatkan. Seorang lelaki berusia 80 tahun, seorang ibu dan dua anaknya dirawat di rumah sakit karena sakit ringan.
Pada tahun 2018, lebih dari 730 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh, menyusul penindakan keras oleh militer di Myanmar yang menurut para saksi mata mencakup pemerkosaan dan pembunuhan massal.
Berbagai organisasi HAM dan media telah mendokumentasikan pembunuhan warga sipil dan pembakaran desa-desa.
Pihak berwenang Myanmar telah menyatakan mereka sedang berjuang melawan pemberontakan dan membantah melakukan kekejaman sistematis. [uh/ab]
Forum