Keluarga sinematografer yang tewas tertembak di lokasi syuting film “Rust” menggugat aktor Hollywood Alec Baldwin dan para produser film tersebut atas kematian yang tidak wajar, kata pengacara mereka pada Selasa (15/2).
Pada konferensi pers di Los Angeles, tim pengacara keluarga Halyna Hutchins, mendiang sinematografer itu, mengumumkan gugatan hukum tersebut dilayangkan di negara bagian New Mexico atas nama sang suami, Matthew Hutchins, dan putra mereka, Andros.
Setidaknya terdapat tiga gugatan lain yang telah dilayangkan terkait kasus penembakan itu, akan tetapi gugatan terakhir merupakan gugatan pertama yang terkait langsung dengan salah satu dari dua korban yang tertembak.
“Perilaku sembrono dan langkah-langkah pemangkasan biaya” yang diambil Baldwin dan para produser film “mengakibatkan kematian Halyna Hutchins,” ungkap Brian Panish, salah seorang pengacara.
Sebuah video animasi yang dibuat tim pengacara menunjukkan reka adegan penembakan.
Baldwin menodongkan pistol ke arah Hutchins dalam tahap persiapan syuting sebuah adegan di sisi barat New Mexico pada 21 Oktober, ketika kemudian melepaskan tembakan, menewaskan Hutchins dan melukai sang sutradara, Joel Souza.
Baldwin mengatakan bahwa Hutchins sendiri yang menyuruhnya menodongkan pistol ke arahnya dan bahwa pistol itu melepaskan tembakan tanpa menarik pelatuknya.
Dalam video itu, para pengacara mengatakan Baldwin menolak melakukan latihan melepaskan tembakan seperti yang ada pada adegan tersebut ketika tembakan itu akhirnya mengenai Hutchins.
Disebutkan bahwa standar industri menyerukan penggunaan pistol karet atau prop serupa selama tahap persiapan syuting, dan tidak ada seruan untuk menggunakan pistol asli.
Bulan lalu, hampir tiga bulan setelah penembakan itu, Baldwin menyerahkan telepon genggamnya kepada pihak berwenang di negara bagian asalnya, New York. Mereka mengumpulkan informasi dari telepon tersebut dan menyampaikannya kepada para penyelidik di Santa Fe County, yang telah memperoleh surat perintah untuk memperolehnya.
Para penyelidik menggambarkan “kelengahan” penanganan penggunaan senjata api di lokasi syuting “Rust.” Mereka menyatakan masih terlalu dini untuk menentukan apakah akan ada gugatan terkait hal itu.
Baldwin yakin dirinya tidak akan digugat secara kriminal dalam kasus penembakan itu.
Editor naskah dan operator kamera utama film itu, yang posisinya tidak terlalu jauh dari Hutchins ketika ia tertembak, masing-masing melayangkan gugatan atas trauma yang mereka derita.
Sementara penanggung jawab senjata dalam film itu, Hannah Gutierrez Reed, yang menjadi terdakwa dalam tuntutan-tuntutan tersebut dan menjadi target berbagai pihak atas peritiwa itu, juga melayangkan gugatan tersendiri yang menyebut bahwa pemasok amunisi menciptakan kondisi yang berbahaya dengan memasukkan peluru tajam ke dalam kotak yang seharusnya hanya menyimpan peluru-peluru tiruan.
Dalam wawancaranya dengan ABC News pada Desember lalu, Baldwin mengaku merasakan kesedihan luar biasa atas penembakan itu, meski tidak merasa bersalah.
“Seseorang bertanggung jawab atas peristiwa itu, dan saya tidak bisa menyebut siapa orangnya, tapi bukan saya,” kata Baldwin.
Ia mengatakan, Hutchins memintanya menodongkan pistol sedikit keluar kamera, ke arah ketiaknya, ketika tembakan meletus.
“Saya tidak menarik pelatuknya,” kata Baldwin. “Saya tidak akan pernah menodongkan pistol ke seseorang dan menarik pelatuknya ke mereka. Tidak akan pernah.”
Ia menyebut Hutchins sebagai “sosok yang dicintai semua orang dan dikagumi setiap orang yang bekerja dengannya.”
Hutchins, 42 tahun, tumbuh besar di markas militer Soviet terpencil dan membuat film dokumenter di Eropa Timur sebelum belajar film di Los Angeles dan memulai karirnya yang menjanjikan dalam industri perfilman. [rd/em]