Bagi telinga orang awam, suara yang keluar dari mulut penggembala unta Hamad al-Marri mungkin tidak ada artinya. Tetapi unta-unta yang mendengarnya langsung bereaksi, dengan berkumpul di belakang Marri dan berjalan bersama melintasi padang pasir Saudi.
Menurut penjelasan UNESCO, badan PBB yang membawahi bidang kebudayaan, penggembala unta yang terampil dapat menggunakan suaranya untuk menenangkan ternaknya, juga membuat hewan itu berlutut. Suaranya bahkan menjadi pemandu perubahan arah kawanan unta sewaktu mereka menyusuri padang pasir.
Marri, pegawai negeri berusia 36 yang memiliki 100 ekor unta, menggembalakan ternaknya 150 kilometer sebelah timur laut ibu kota Saudi, Riyadh. Ia menjelaskan mengenai Alheda’a, bahasa khusus antara unta dan pemiliknya. Ia menambahkan, "Unta tahu nada suara pemilik mereka dan segera meresponsnya. Kalau orang lain yang memanggil, mereka tidak akan menanggapinya. Unta memang punya fitur khusus yang disebutkan dalam Al-Qur'an.”
Kerap disebut sebagai “kapal gurun,” unta telah lama menjadi moda transportasi penting di Arab Saudi, selain menentukan status sang pemilik dan mendorong munculnya industri peternakan unta yang menguntungkan.
Jaser al-Harbash, CEO Komisi Warisan Saudi, mengemukakan, "Ada banyak pahatan batu di kota Jubbah di daerah Ha’iI yang disebut dalam Daftar Warisan Dunia, Shuwaymis di barat daya Ha’iI, dan Hima di barat daya Saudi, yang menunjukkan lukisan unta dan mengisahkan tentang unta, baik untuk perang atau perdagangan.”
Upaya memasukkan Alheda’a ke daftar UNESCO adalah untuk “melindunginya” dan “membuka peluang untuk pengembangannya,” kata Harbash tanpa merincinya. Upaya ini diajukan bersama-sama dengan negara tetangganya, Oman dan Uni Emirat Arab.
Alheda’a dapat digunakan untuk berbagai tugas: mengumpulkan ternak yang tersebar sewaktu terancam badai pasir yang menjelang, misalnya, atau menenangkan unta saat hewan itu minum.
Menurut UNESCO, para penggembala melatih unta mereka untuk mengenali perbedaan antara kiri dan kanan, membuka mulut waktu ditanya, dan berlutut sewaktu akan ditunggangi. Alheda’a diajarkan di tengah keluarga dan masyarakat, dengan anak-anak menemani kerabat dewasa mereka dalam perjalanan sehari-hari.
Hamad al-Marri mempelajari Alheda’a dengan cara mengamati ayah dan kakeknya sewaktu ia masih kecil. Ia mengaku berniat mengajarkan ini kepada ketiga anaknya. Suara anak-anaknya bahkan telah dikenali oleh unta-untanya.
Mansour al-Qatula, seorang penggembala lainnya mengatakan, Alheda’a menciptakan hubungan erat antara penggembala dan ternaknya. Para pemilik unta memanggil unta-unta itu dengan nama-nama khusus. Dengan melakukannya berulang kali, unta-unta itu tahu nama mereka dan meresponsnya. Sesekali ia melantunkan puisi tradisional, sebagai bagian dari ekspresi ritmis Alheda’a.
“Perhatikanlah bahwa unta-unta itu mengerti dan gembira mendengarnya," jelasnya. [uh/ab]
Forum