Pejabat Amerika akan mendapat kesempatan lainnya untuk membujuk mitra-mitra Eropanya agar menerima perubahan perjanjian nuklir Iran ketika mereka bertemu pada Konferensi tahunan Keamanan Munich akhir pekan ini (16-18 Februari). Perjanjian itu bertujuan mencegah Iran membuat sebuah bom nuklir, mencabut beberapa sanksi internasional terhadap Iran yang memungkinkan pencairan miliaran dolar dana Iran. Dengan Israel mendukung pemerintah Trump 'memperbaiki' apa yang dianggap sebagai kesepakatan berbahaya, Wartawan VOA Michael Lipin menanyai beberapa mantan pejabat Israel mengenai apakah upaya itu akan berhasil.
Israel adalah salah satu negara yang paling merasa terancam oleh kemungkinan Iran, yang menyerukan penghancuran negara Yahudi, bersenjata nuklir. Jadi, para pemimpin Israel memuji rekan-rekannya dari Amerika, seperti Wakil Presiden Mike Pence yang mengancam menarik diri dari perjanjian multilateral yang membekukan program nuklir Iran selama lebih dari satu dekade.
Dalam sebuah pidato baru-baru ini kepada parlemen Israel, Pence mengatakan perjanjian itu "hanya penundaan" kapan Iran memiliki senjata nuklir, sebuah hasil yang katanya tidak akan "pernah" dibiarkan Amerika. Meskipun Iran mengatakan ambisi nuklirnya bertujuan damai, banyak pihak di Israel menolak pernyataan itu.
Ketua Parlemen Israel Yuli Edelstein mengatakan, "Kami selalu berupaya di kancah internasional, mempertahankan isu tersebut dalam agenda pembahasan, agar dunia tidak mempercayai perkembangan selama beberapa tahun terakhir bahwa semua sudah baik karena perjanjian sudah ditandatangani, karena Amerika, China, Rusia, Uni Eropa mendukung perjanjian itu. Kami harus memberikan informasi, dan kami tahu secara pasti apa yang akan dilakukan Iran."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersama Amerika ikut berupaya menekan kekuatan Eropa untuk memperkuat perjanjian nuklir Iran yang telah lama mereka perjuangkan itu. Beberapa mantan pejabat keamanan Israel yang bekerja untuk Netanyahu mengatakan Eropa harus mengubah arah dan mengakui mereka salah mengenai bagaimana kesepakatan itu akan mempengaruhi perilaku Iran.
Mantan penasehat keamanan nasional Israel, Yaakov Amidror mengatakan, "Mereka tidak nyaman dengan fakta bahwa Iran terus meningkatkan kemampuan rudal jarak jauhnya. Mereka mengetahui organisasi dan jaringan teror yang dibangun Iran di seluruh dunia. Mereka mungkin mengatakan sangat buruk jika mengubah perjanjian tapi situasinya mungkin bisa membuat Eropa memahami perlunya membendung Iran dan cara membendungnya adalah dengan bekerja sama dengan Amerika."
Tapi Eropa sejauh ini hampir tidak menunjukkan hal itu. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan kekhawatiran tersebut berada di luar lingkup perjanjian nuklir dan harus diselesaikan dalam forum lain.
"Persatuan masyarakat internasional sangat penting untuk mempertahankan perjanjian yang berhasil, yang membuat dunia lebih aman dan mencegah potensi persaingan senjata nuklir di kawasan ini. Kami berharap semua pihak terus menerapkan sepenuhnya perjanjian ini," jelasnya.
Tetapi meskipun pejabat Amerika mengatakan perjanjian itu 'bencana', namun pemerintahanTrump mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Inggris, Perancis dan Jerman untuk memperbaikinya.
Pemerintahan Trump mengatakan sanksi-sanksi energi Amerika terhadap Iran akan diberlakukan kembali jika perbaikan itu tidak disetujui pada tanggal 12 Mei. [my/jm]