Televisi pemerintah Korea Utara hari Minggu (7/2) melaporkan negara itu meluncurkan roket jarak jauh dari lokasi peluncuran di Tongchang-ri, pantai barat Korea Utara. Laporan itu mengatakan, peluncuran diperintahkan pemimpin negara itu, Kim Jong Un, dan "berhasil sangat baik," dan bahwa Korea Utara akan terus melakukan peluncuran roket seperti itu.
Presiden Korea Selatan Park Guen-hye dengan cepat mengutuk peluncuran itu.
"Korea Utara mengabaikan peringatan komunitas internasional dan telah melakukan provokasi yang tidak bisa diterima dengan meluncurkan rudal jarak jauh setelah melakukan ujicoba nuklir keempat," ujarnya.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga mengecam keras peluncuran roket itu.
"Kami akan merespon dengan tegas, berkoordinasi erat dengan komunitas internasional. Kami juga akan melakukan yang terbaik guna menjamin keselamatan dan keamanan warga kami," katanya.
Di Markas Besar PBB di New York, Duta Besar Amerika Samantha Power menyerukan respon internasional yang keras.
"Kalau tidak ada respon keras dan tegas dari komunitas internasional, Korea Utara akan terus menimbulkan ketegangan. Percepatan pembangunan program nuklir dan rudal balistik Korea Utara merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan internasional, bagi perdamaian dan keamanan tidak hanya negara-negara tetangga Korea Utara tetapi juga seluruh dunia," ujarnya.
Korea Utara berkeras peluncuran itu misi antariksa yang damai. Tetapi adanya pelanggaran peraturan internasional menimbulkan pertanyaan mengenai tujuan misi antariksa itu.
Banyak pengamat Barat curiga Korea Utara sedang berusaha mempercanggih teknologi rudal balistiknya, mengingat teknologi yang digunakan untuk menempatkan satelit ke antariksa juga bisa digunakan untuk mengirim senjata nuklir.
Sanksi PBB melarang Korea Utara melakukan ujicoba nuklir atau melakukan peluncuran dengan menggunakan teknologi rudal balistik. [ka/ii]