Ada lagu lama yang sering diperdengarkan atau diputar rekamannya yang dinyanyikan oleh penyanyi Amerika, mendiang Sam Cooke, yaitu Wonderful World. Syairnya antara lain berbunyi, “Now, I don’t claim to be an “A” student. But, I’m trying to be.......“ atau “Saya tidak menyatakan bahwa saya murid yang mendapat nilai “A.” Tetapi, saya berusaha untuk menjadi siswa seperti itu.”
Demikianlah, yang dilakukan oleh jutaan murid Amerika tiap tahun ajaran sekolah.
Menjadi siswa dengan nilai A berarti murid terbaik, paling pandai, dan mencapai tingkat tertinggi. Nilai B berarti bagus, tetapi bukan terbaik, C berarti rata-rata, D berarti di bawah tingkat rata-rata, dan E atau F berarti tidak memuaskan atau boleh dikatakan gagal.
Tetapi, di ratusan atau mungkin ribuan sekolah Amerika, tidak ada lagi siswa A. Gagasan untuk memperoleh nilai yang semuanya A -- dan yang dengan demikian merupakan siswa terbaik dari yang terbaik-- juga tidak ada lagi. Juga tidak ada lagi murid yang mendapat nilai B, C atau F. Itu berkat yang disebut rapor “berdasarkan standar,” sehingga murid-murid ini menerima nilai yang menggunakan angka, bukan huruf, untuk hasil yang mereka capai di masing-masing kelas.
Angka-angka itu biasanya 4, untuk yang terbaik, sampai ke angka 1 yang menunjukkan banyak lagi selain kemampuan atau keahlian dalam mata pelajaran. Dalam pelajaran matematika di sekolah-sekolah di New York misalnya, angka 4 berarti siswa tidak hanya bisa menambah atau mengurangi, tetapi dalam terminologi baru, telah menunjukkan keahlian yang tinggi dalam pengertian dan pelajaran berhitung.
Pergantian dari pemberian nilai yang menggunakan huruf ke angka ada kaitannya dengan standar pendidikan nasional yang terkait dengan pencapaian siswa dalam ujian yang distandarisasi. Hasil pekerjaan murid dinilai dengan angka. Demikian juga pekerjaan mereka dalam kelas.
Ini berarti banyak lagi tugas yang harus dilakukan guru-guru, karena mereka diminta memasukkan nilai sebanyak 50 bidang keahlian yang terinci dalam penilaian keberhasilan siswa di tiap kelas.
Banyak orang tua murid tidak senang dengan rapor baru yang menggunakan angka.
Seorang perempuan mengatakan kepada surat kabar Washington Post, bahwa para guru “tidak memberikan pengakuan kepada murid yang terus menerus melakukan pekerjaan yang sangat baik.”
Orang tua murid lain mengatakan kepada surat kabar New York Times, “apa yang terjadi adalah murid-murid yang pandai mengatakan, ’saya tidak harus bekerja keras,’ dan mereka semua tidak berusaha lagi.”
Para orang tua murid tampaknya mengatakan, “jauh lebih baik dan menyenangkan memasang sticker di mobil dengan kata-kata, 'Saya naik mobil bersama A Student atau murid A, dari Sekolah McKinley” dari pada sticker dengan tulisan mereka naik mobil bersama murid “Nomor 4”.
Demikianlah, yang dilakukan oleh jutaan murid Amerika tiap tahun ajaran sekolah.
Menjadi siswa dengan nilai A berarti murid terbaik, paling pandai, dan mencapai tingkat tertinggi. Nilai B berarti bagus, tetapi bukan terbaik, C berarti rata-rata, D berarti di bawah tingkat rata-rata, dan E atau F berarti tidak memuaskan atau boleh dikatakan gagal.
Tetapi, di ratusan atau mungkin ribuan sekolah Amerika, tidak ada lagi siswa A. Gagasan untuk memperoleh nilai yang semuanya A -- dan yang dengan demikian merupakan siswa terbaik dari yang terbaik-- juga tidak ada lagi. Juga tidak ada lagi murid yang mendapat nilai B, C atau F. Itu berkat yang disebut rapor “berdasarkan standar,” sehingga murid-murid ini menerima nilai yang menggunakan angka, bukan huruf, untuk hasil yang mereka capai di masing-masing kelas.
Angka-angka itu biasanya 4, untuk yang terbaik, sampai ke angka 1 yang menunjukkan banyak lagi selain kemampuan atau keahlian dalam mata pelajaran. Dalam pelajaran matematika di sekolah-sekolah di New York misalnya, angka 4 berarti siswa tidak hanya bisa menambah atau mengurangi, tetapi dalam terminologi baru, telah menunjukkan keahlian yang tinggi dalam pengertian dan pelajaran berhitung.
Pergantian dari pemberian nilai yang menggunakan huruf ke angka ada kaitannya dengan standar pendidikan nasional yang terkait dengan pencapaian siswa dalam ujian yang distandarisasi. Hasil pekerjaan murid dinilai dengan angka. Demikian juga pekerjaan mereka dalam kelas.
Ini berarti banyak lagi tugas yang harus dilakukan guru-guru, karena mereka diminta memasukkan nilai sebanyak 50 bidang keahlian yang terinci dalam penilaian keberhasilan siswa di tiap kelas.
Banyak orang tua murid tidak senang dengan rapor baru yang menggunakan angka.
Seorang perempuan mengatakan kepada surat kabar Washington Post, bahwa para guru “tidak memberikan pengakuan kepada murid yang terus menerus melakukan pekerjaan yang sangat baik.”
Orang tua murid lain mengatakan kepada surat kabar New York Times, “apa yang terjadi adalah murid-murid yang pandai mengatakan, ’saya tidak harus bekerja keras,’ dan mereka semua tidak berusaha lagi.”
Para orang tua murid tampaknya mengatakan, “jauh lebih baik dan menyenangkan memasang sticker di mobil dengan kata-kata, 'Saya naik mobil bersama A Student atau murid A, dari Sekolah McKinley” dari pada sticker dengan tulisan mereka naik mobil bersama murid “Nomor 4”.