Seorang pria bersenjata menewaskan sedikitnya 19 anak dan dua orang dewasa pada Selasa (24/5) dalam serangan di sebuah sekolah dasar di negara bagian Texas, AS barat daya. Penembakan itu adalah salah satu yang paling mematikan di sebuah sekolah dalam sejarah negara bagian itu.
Serangan itu terjadi di kota Uvalde, di mana pihak berwenang mengatakan pria bersenjata berusia 18 tahun pertama kali menembak neneknya, kemudian menabrakkan mobil dan memasuki sekolah, melakukan penembakan sebelum ditembak mati oleh penegak hukum.
Seorang sersan dari Departemen Keamanan Publik Texas Erick Estrada mengatakan kepada CNN bahwa petugas melihat pria bersenjata itu, yang mengenakan pelindung tubuh, meninggalkan mobil dengan membawa senapan, dan bahwa petugas “menghadapi” tersangka, tetapi dia masih bisa masuk ke sekolah.
Dalam beberapa menit dan jam yang kacau setelah serangan itu, jumlah korban pembantaian tidak jelas, dengan beberapa korban penembakan dibawa ke rumah sakit setempat dan jumlah mereka yang tewas dan terluka sulit dipastikan.
Lydia Martinez Delgado menulis di Facebook bahwa keponakannya, Eva Mireles, adalah seorang guru di sekolah itu dan termasuk di antara mereka yang terbunuh.
“Saya marah karena penembakan ini terus berlanjut,” kata Martinez Delgado dalam sebuah pernyataan. “Anak-anak ini tidak bersalah. Senapan seharusnya tidak mudah tersedia untuk semua orang. Ini adalah kampung halaman saya, komunitas kecil kurang dari 20.000 orang. Saya tidak pernah membayangkan ini akan terjadi pada orang-orang yang sangat saya cintai.”
Presiden AS Joe Biden berbicara kepada rakyat Amerika Selasa malam, dan menyatakan belasungkawa kepada keluarga para korban. Dia mempertanyakan mengapa penembakan massal begitu sering terjadi dan mendesak anggota Kongres untuk mendukung apa yang disebutnya “undang-undang kepemilikan senjata yang masuk akal.”
“Saya sakit dan lelah,” katanya. “Kita harus bertindak.”
Biden mengatakan dia mengetahui tentang penembakan itu saat dia kembali dari lawatan ke Asia.
“Yang mengejutkan saya adalah penembakan massal semacam ini jarang terjadi di tempat lain di dunia,” kata Biden. "Mengapa? Mereka memiliki masalah kesehatan mental. Mereka memiliki perselisihan domestik di negara lain. Mereka memiliki orang-orang yang bingung. Tapi penembakan massal semacam ini tidak pernah terjadi dengan frekuensi seperti yang terjadi di Amerika. Mengapa? Mengapa kita rela hidup dengan pembantaian ini? Mengapa kita terus membiarkan ini terjadi?”
Serangan yang terjadi pada hari Selasa itu adalah penembakan di sekolah yang paling mematikan di Texas dan penembakan di sekolah dasar yang paling mematikan sejak serangan tahun 2012 di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut, yang menewaskan 26 orang, 20 di antaranya anak sekolah dasar.
Gubernur Texas Greg Abbott mengidentifikasi pria bersenjata itu sebagai Salvador Ramos. [lt/ab]