Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau sejauh ini belum berdampak pada penutupan bandara, meski status per Kamis (27/12), sudah dinaikkan menjadi Siaga (level III), dari Waspada (level II).
“Sejauh ini abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau tidak memberikan dampak kepada penutupan bandara, untuk bandara terdekat seperti Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Radin Inten II Lampung, bandara masih beroperasi normal,” kata Polana B. Pramesti, dirjen perhubungan udara Kementerian Perhubungan dalam siaran pers, Kamis.
Polana mengatakan bahwa sampai saat ini belum mendapatkan Notam (Notification to airmen) khusus penutupan bandara dari AirNav Indonesia selaku penyelenggara lalu lintas udara. Tapi, Airnav sudah mengeluarkan Notam terkait penutupan dan pengalihan rute penerbangan (reroute) yang tidak bisa dilewati pesawat karena terdampak Krakatau, papar Polana.
Sekretaris Perusahaan AirNav Indonesia, Didiet KS Radityo, mengatakan ada tujuh ATS (Air Traffic Service) route yang terdampak abu vulkanis erupsi Anak Krakatau.
“Melihat penyebaran abu, untuk sementara tidak kami berikan lewat situ,” kata Didiet kepada VOA melalui telepon.
“Tapi ATS route yang terdampak tidak mempengaruhi penerbangan secara keseluruhan karena bukan rute yang sibuk diterbangi,” bahkan dalam keadaan normal, papar Didiet.
Maskapai penerbangan masih bisa memilih ATS route yang lain, kata Didiet. Selain itu, debu vulkanik juga lebih bergerak ke arah barat daya yang tidak ada rute sibuk sehingga relatif aman, tambahnya.
Kamis pagi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda menjadi Siaga (level III) dari Waspada karena peningkatan aktivitas vulkanis.
Kepala Bandara Radin Inten II Lampung, Asep Kosasih melaporkan bahwa sejak terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau, fasilitas bandara baik sisi darat maupun udara tidak terdampak dan tetap beroperasi normal.
“Alhamdulillah, pasca erupsi Gunung Anak Krakatau, Bandara Radin Inten II beroperasi secara normal dan tidak terdampak. Namun, kami akan terus memantau perkembangan dan berkoordinasi secara intens dengan BMKG, Airnav dan Direktorat Navigasi Penerbangan,” ujar Asep.
Berdasarkan informasi BMKG per tanggal 26 Desember 2018 pukul 19.00 WIB sebaran debu vulkanik mengarah ke Barat Daya-Barat dengan ketinggian mencapai lebih dari 10 km. [ft/au]