Dengan Rp 10.000 saja, Anda dapat menjadi orangtua angkat seekor anak penyu atau tukik dan berhak melepas mereka ke laut. Itulah inti program pelestarian penyu yang diluncurkan tahun ini oleh Pusat Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Pesisir (P3MP), lembaga bentukan pemerintah kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Jika tukik itu berenang ke laut lepas, maka tugas Anda sebagai orangtua angkat telah selesai.
Ketua P3MP Asa Bellatami mengatakan bahwa respon masyarakat atas program ini sangat bagus, hingga ada daftar tunggu untuk menjadi orangtua angkat bagi anak-anak penyu ini.
"Banyak yang tertarik, malah sebenarnya kita kewalahan. Karena kelemahan kita adalah hanya bisa menyimpan bayi penyu selama tiga hari. Jadi ada yang pesan kalau ada yang menetas minta dikabari, sampai menelepon berkali-kali,” ujar Bella pada Kamis.
Uang Rp 10 ribu yang diperoleh dari satu orangtua angkat separuhnya digunakan untuk suvenir bagi orangtua angkat itu sendiri, sisanya dimanfaatkan untuk perawatan tukik, termasuk membeli telur-telur penyu yang ditemukan masyarakat di sepanjang pantai.
Jenis penyu dalam program ini adalah penyu hijau, yang masuk dalam dafar hewan dilindungi oleh negara. Pada tahun-tahun lalu, jumlahnya di laut selatan Yogyakarta terus berkurang karena telur yang ditemukan nelayan diperjualbelikan secara bebas.
Yunian Nuryantoko, warga yang tinggal di tepi Pantai Goa Cemara Yogyakarta mengatakan, masyarakat kini sadar arti penting melestarikan penyu. Yunian yang terlibat sebagai relawan dalam program konservasi penyu hijau yakin, jumlah hewan ini terus meningkat dalam dua tahun terakhir.
"Mereka akan bereproduksi di awal Juni sampai akhir Agustus. Untuk jumlah induk yang bertelur di tahun 2012 saat ini, tercatat sudah ada perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya. Tercatat untuk tahun 2012 ini ada 20 induk, untuk tahun lalu itu maksimal cuma 10 induk penyu,” ujar Yunian.
Ketua program Studi Biologi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Agung Budiantoro, kepada VOA mengatakan, penyu memiliki peran penting dalam rantai makanan di laut. Penyu adalah pemakan ubur-ubur, sedangkan ubur-ubur memangsa ikan. Artinya, jika penyu langka dan populasi ubur-ubur terlalu besar, maka ikan pun akan menurun jumlahnya. Pada gilirannya, perdagangan telur maupun perburuan penyu, justru akan langsung merugikan nelayan karena kecilnya jumlah ikan tangkapan.
"Yang namanya ekosistem dan rantai makanan, semua organisme di level tertentu itu penting. Jadi, kalau salah satu organisme itu hilang atau punah itu terkait dengan organisme lain. Pada rantai makanan prosesnya semacam itu. Sehingga kalau penyu ini hilang, ibaratnya ada satu mata rantai yang hilang, sehingga keseimbangan ekologisnya akan terganggu,” jelasnya.
Agung menambahkan, meskipun memiliki nilai sangat positif, kegiatan konservasi penyu perlu dilakukan dengan hati-hati. Pada periode tertentu, misalnya Juni hingga Agustus setiap tahunnya, kawasan pantai pendaratan penyu harus dikondisikan sepi dan gelap terutama pada malam hari. Pengembangan pantai tempat pendaratan penyu harus diarahkan menjadi wisata edukasi dan konservasi, dimana wisatawan datang untuk belajar lebih peduli kepada alam.
Jika tukik itu berenang ke laut lepas, maka tugas Anda sebagai orangtua angkat telah selesai.
Ketua P3MP Asa Bellatami mengatakan bahwa respon masyarakat atas program ini sangat bagus, hingga ada daftar tunggu untuk menjadi orangtua angkat bagi anak-anak penyu ini.
"Banyak yang tertarik, malah sebenarnya kita kewalahan. Karena kelemahan kita adalah hanya bisa menyimpan bayi penyu selama tiga hari. Jadi ada yang pesan kalau ada yang menetas minta dikabari, sampai menelepon berkali-kali,” ujar Bella pada Kamis.
Uang Rp 10 ribu yang diperoleh dari satu orangtua angkat separuhnya digunakan untuk suvenir bagi orangtua angkat itu sendiri, sisanya dimanfaatkan untuk perawatan tukik, termasuk membeli telur-telur penyu yang ditemukan masyarakat di sepanjang pantai.
Jenis penyu dalam program ini adalah penyu hijau, yang masuk dalam dafar hewan dilindungi oleh negara. Pada tahun-tahun lalu, jumlahnya di laut selatan Yogyakarta terus berkurang karena telur yang ditemukan nelayan diperjualbelikan secara bebas.
Yunian Nuryantoko, warga yang tinggal di tepi Pantai Goa Cemara Yogyakarta mengatakan, masyarakat kini sadar arti penting melestarikan penyu. Yunian yang terlibat sebagai relawan dalam program konservasi penyu hijau yakin, jumlah hewan ini terus meningkat dalam dua tahun terakhir.
"Mereka akan bereproduksi di awal Juni sampai akhir Agustus. Untuk jumlah induk yang bertelur di tahun 2012 saat ini, tercatat sudah ada perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya. Tercatat untuk tahun 2012 ini ada 20 induk, untuk tahun lalu itu maksimal cuma 10 induk penyu,” ujar Yunian.
Ketua program Studi Biologi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Agung Budiantoro, kepada VOA mengatakan, penyu memiliki peran penting dalam rantai makanan di laut. Penyu adalah pemakan ubur-ubur, sedangkan ubur-ubur memangsa ikan. Artinya, jika penyu langka dan populasi ubur-ubur terlalu besar, maka ikan pun akan menurun jumlahnya. Pada gilirannya, perdagangan telur maupun perburuan penyu, justru akan langsung merugikan nelayan karena kecilnya jumlah ikan tangkapan.
"Yang namanya ekosistem dan rantai makanan, semua organisme di level tertentu itu penting. Jadi, kalau salah satu organisme itu hilang atau punah itu terkait dengan organisme lain. Pada rantai makanan prosesnya semacam itu. Sehingga kalau penyu ini hilang, ibaratnya ada satu mata rantai yang hilang, sehingga keseimbangan ekologisnya akan terganggu,” jelasnya.
Agung menambahkan, meskipun memiliki nilai sangat positif, kegiatan konservasi penyu perlu dilakukan dengan hati-hati. Pada periode tertentu, misalnya Juni hingga Agustus setiap tahunnya, kawasan pantai pendaratan penyu harus dikondisikan sepi dan gelap terutama pada malam hari. Pengembangan pantai tempat pendaratan penyu harus diarahkan menjadi wisata edukasi dan konservasi, dimana wisatawan datang untuk belajar lebih peduli kepada alam.