Barisan anak-anak SD Kristen Petra Jombang menyambut kedatangan anak-anak dari SD Katolik Wijana, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Islamiyyah-Plosogenuk, serta sejumlah anak SD Negeri di Jombang yang merupakan jemaat GKJW Bongsorejo, Jombang.
Senyum merekah dibibir mereka saat tangan dan jari mereka bersalaman erat. Senin (27/5) sore, mereka bermain dan bergembira bersama sambil menunggu waktu berbuka puasa. SD Kristen Petra dan GKI Jombang menjadi tuan rumah buka puasa bersama, yang dikemas dengan tema Ramadan Warna-Warni.
Ririnurani Setianingrum, Kepala SD Kristen Petra Jombang menuturkan, meski Kabupaten Jombang dikenal dengan sebutan kota santri, perjumpaan anak-anak lintas agama ini diharapkan mempertegas Jombang sebagai kota para santri yang dekat dengan Tuhan dan sesama umat manusia.
“Memang di sini kota santri, santri yang maksudnya dekat dengan Tuhan. Bagaimana orang kalau dekat dengan Tuhan berarti peduli dengan sesama. Jadi persatuan dan kesatuan bangsa, terwujud jika mereka tidak membeda-bedakan, aku Islam, aku Katolik, aku Kristen, tetapi kita satu kita umat Tuhan,” ucap Ririnurani Setianingrum kepada VOA, di SD Kristen Petra Jombang.
Ada beragam permainan yang dimainkan anak-anak secara berkelompok, seperti memindahkan bola pingpong, jepit paralon dengan leher, serta estafet holahop. Selain itu, anak-anak dari luar SD Kristen Petra juga diajak untuk berkeliling lingkungan sekolah, sambil diperkenalkan tempat-tempat yang ada di situ, termasuk gedung gereja di dalam komplek sekolah. Samuel, siswa SD Katolik Wijana Jombang, mengaku gembira dapat bermain dan menemukan teman baru.
“Gembira karena bisa bermain sama anak dari Islam, Katolik sama Kristen, (semoga) tetap berteman dan menjaga persatuan dan kesatuan,” cetus Samuel.
Di tempat itu pula telah disiapkan makanan untuk buka puasa bersama bagi para guru dan murid MI Islamiyyah, serta seluruh siswa-siswi yang hadir. Para murid SD Kristen Petra selanjutnya melayani teman-teman dari MI Islamiyyah yang hendak wudu, untuk salat Magrib berjamaah di halaman sekolah.
Risma, siswi MI Islamiyyah mengaku senang dapat berkunjung ke SD Kristen Petra, dan melihat langsung apa yang ada di dalam gedung gereja. Risma berharap pertemuan pertamanya ini ada kelanjutannya, sehingga pertemanan yang diawali ini dapat terus berlangsung hingga dewasa.
“Pertama kali melihat gereja. Pertama masuk deg-degan gimana gitu, sudah tahu ya rasanya senang.Ya, harapannya bisa berteman terus sampai dewasa, terus semuanya ini kan persaudaraan,” tutur Risma.
Tidak hanya Risma, Restu Abdul Hakim dari MI Islamiyyah juga berharap pertemanan mereka dapat terus terjalin.
“Ya nanti kalau sudah tidak bertemu lagi (pulang dari sini) bisa chat di WA gitu, masih bisa berteman, atau ketemuan gitu,” ujar Restu Abdul Hakim.
Tidak hanya siswa-siswi dari SD Katolik Wijana dan MI Islamiyyah yang senang dengan perjumpaan ini. Jeslyn Nadia dari SD Kristen Petra Jombang mengaku gembira dapat bergaul dengan teman-teman yang berbeda agama, dan itu bukanlah sebuah penghalang baginya untuk berteman dan bersaudara.
“Saya sangat senang sekali karena bisa bertemu, bisa mendapat teman baru dan dapat bergaul sama mereka. Saya sama sekali tidak masalah (teman beda agama), karena menurut saya itu tidak ada yang beda diantara kita. Saya berharap supaya kita bisa berteman sampai nanti, sampai dewasa dan bisa ketemu lagi,” ungkap Jeslyn Nadia.
Sekolah Dasar Lintas Agama Saling Berkunjung Setiap Tahun
Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Islamiyah, Ngaren, Plosogenuk, Jombang, Nadlir menuturkan, kunjungannya bersama para murid ke SD Kristen Petra merupakan kunjungan balasan setelah di tahun sebelumnya SD Kristen Petra mengunjungi MI Islamiyyah. Nadlir mengatakan, perjumpaan ini juga untuk mengikis kecurigaan dan ketakutan di kalangan anak-anak, sehingga perbedaan tidak seharusnya menghalangi mereka untuk berteman.
“Ini saya kenalkan secara riil anak-anak pada satu, tempat ibadahnya, biar tidak jadi momok. Dari kecil kalau sudah ditanamkan tidak boleh kumpul itu sampai kapan. Jadi anak-anak juga pembelajaran IPS-ya, Pkn-nya, biar nanti bisa membuka mata hatinya, juga mata hati untuk yang dewasa nanti bahwa kita itu, hidup itu harus berdampingan,” kata Nadlir.
Kepala SD Katolik Wijana Jombang, Yuliana Sri Wahyuningsih mengungkapkan, perjumpaan seperti ini harus sering dilakukan dengan memanfaatkan momentum kebangsaan yang ada.
“Bukan hanya momen ini, mungkin akan kami usulkan momen kebangsaan misalnya 17 Agustus, itu kan momen kebangsaan. Itu yang mungkin sangat bagus untuk juga ketemu bersama-sama, dan kami siap berganti-gantian (saling mengunjungi),” ujar Yuliana Sri Wahyuningsih.
JIAD : Pertemuan Lintas Iman Bantu Kikis Intoleransi
Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Aan Anshori mengatakan, gerakan perjumpaan lintas iman seperti ini harus sering dilakukan khususnya pada anak sejak usia dini. Aan yang juga Koordinator Gusdurian Jombang ini meyakini, gerakan intoleransi di Indonesia yang sudah sangat memprihatinkan dapat dikurangi, bila perjumpaan antar iman dapat dilakukan sekali dalam setahun oleh sekolah tingkat dasar di seluruh Indonesia.
“Yang dilakukan oleh teman-teman yang ada di Jombang saat ini adalah menyiapkan supaya sepuluh tahun lagi ketika anak-anak ini besar, sikap intoleransi mereka akan terluruhkan. Anda bisa lihat tadi, mereka dengan senang hati, teman-teman MI Islamiyyah, itu lihat ke dalam gereja, kemudian dilayani dengan baik shalat di sini, ini yang harusnya diimplementasikan oleh seluruh MI dan Sekolah Dasar yang jumlahnya ratusan ribu yang ada di Indonesia ini. Kalau gagasan ini, pertemuan antar iman di tingkatan SD ini bisa diretas setahun sekali sata oleh lima puluh persen dari Sekolah Dasar, saya kira gerakan intoleransi akan musnah dengan sendirinya,” terang Aan Anshori. [pr/em]