Presiden Amerika Barack Obama, Minggu (9/11), akan berangkat untuk menghadiri KTT-KTT ekonomi di China, Myanmar dan Australia dalam kunjungan sepekan yang ditujukan untuk memperbaiki hubungan dengan Beijing, meningkatkan ekspor Amerika dan meyakinkan kembali dukungan Amerika bagi mitra-mitra Asianya dalam menghadapi perilaku China yang makin agresif.
Dalam lawatannya itu, Obama kemungkinan juga akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengenai keputusan Amerika untuk mengubah fokus militernya ke Asia, termasuk apakah perubahan itu benar-benar dilakukan.
Dengan mandat yang menyusut, menyusul kekalahan partainya dalam pemilu sela baru-baru ini, para analis mengatakan, setiap janji dan penegasan yang disampaikan presiden kepada mitra-mitra Asia akan ditanggapi dengan sikap skeptis.
Beberapa hari sebelum berangkat ke KTT ekonomi Asia di Beijing dan menghadapi Kongres baru yang didominasi oleh Partai Republik, Obama mengatakan kepada wartawan salah satu misinya di Asia adalah meningkatkan ekspor Amerika untuk menciptakan lapangan kerja di tanah air.
“Kita juga dapat bekerja sama mengembangkan ekspor dan membuka pasar baru bagi para produsen untuk menjual lebih banyak barang buatan Amerika ke seluruh dunia. Itu yang akan saya fokuskan ketika berkunjung ke Asia minggu depan,” kata Obama.
Tapi memajukan agenda itu dengan China tidak akan mudah.
Sebelum Obama tiba di Beijing, ada sejumlah tantangan menanti terkait kredibilitas presiden AS itu. Sebuah surat kabar pemerintah China mengatakan dengan cara meremehkan bahwa kekalahan pemilu partainya dan berkurangnya wewenang adalah konsekuensi dari kegagalan Obama – ia juga digambarkan lemah dan membosankan.
Analis mengatakan bagi Obama, China – yang kian memperkuat militer dan klaim maritim di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan - merupakan tantangan keamanan terbesar.
Tahun lalu di California, Presiden Obama dan pemimpin China Xi Jinping sepakat dibutuhkan model baru bagi hubungan antara Amerika, yang sudah maju, dan China, yang sedang berkembang pesat.
Tom Donilon, mantan Penasihat Keamanan Nasional bagi Obama, mengatakan pertemuan mendatang kedua pemimpin itu sangat penting.
Namun mantan diplomat AS Robert Daly memperkirakan pertemuan itu tidak lebih dari sekedar diskusi biasa.
“Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengungkapkan secara spesifik penyesuaian apa yang akan dilakukan. Atau dalam kasus China, hal khusus apakah yang tidak dikehendaki terkait situasi saat ini di Pasifik barat. China belum pernah menjawab apa yang mereka ingin capai, yang tidak dapat dicapai dalam situasi yang berlaku saat ini,” kata Robert Daly.
Setelah China, Presiden Obama bertolak ke Myanmar, di mana ia akan bertemu dengan para pemimpin Myanmar dan pemimpin oposisi, Aung San Suu Kyi, yang pernah berkunjung ke Gedung Putih.
Lawatan itu akan berakhir di Brisbane, Australia. Obama akan mengikuti KTT G-20, tempat ia berencana akan berbicara mengenai peran Amerika yang berlanjut sebagai pemimpin di Asia.