Donald Trump meluncurkan sebuah kampanye pemilihan umum setelah berhasil meraih cukup suara untuk jadi kandidat presiden dari Partai Republik.
Trump melakukan berbagai serangan di media, dan bukannya mencoba mempersatukan partai Republik yang terpecah, ia malah menyerang politisi Republik, aktivis konservatif, dan juga pesaingnya dari partai Demokrat Hillary Clinton.
“Saya akan memenangkan pemilihan melawan Hillary yang licik itu meskipun orang Partai Republik menentang saya!” demikian pesan Twitter Trump pada Senin pagi (9/5).
Pemilihan umum masih enam bulan lagi, dan Partai Republik terpecah antara pendukung Trump dan tokoh partai Republik yang tradisional.
Analis politik James Gimpel dari University of Maryland meramalkan, paling sedikit sepertiga dari partai Republik akan menentang Trump dalam bulan-bulan mendatang. Katanya, lawan-lawan Trump akan mencalonkan kandidat mereka sendiri, atau tidak memberi suara dalam pemilihan umum mendatang.
Sebuah hambatan untuk mempersatukan partai Republik adalah keputusan ketua DPR Paul Ryan dan pejabat partai Republik lainnya untuk tidak mendukung Trump.
“Ini mencerminkan sikap dari banyak pejabat Republik, mereka tidak tahu apa sebenarnya yang hendak diperjuangkan Trump,” kata Gimpel.
Juga kecenderungan Trump untuk plin-plan dalam berbagai isu seperti pajak tidak membantu mempersatukan partai, kata Gimpel.
“Hal ini menyebabkan pejabat Republik bertanya-tanya seperti apa sebuah pemerintahan yang dipimpin Trump nantinya.” [jm]