Tindakan Rusia terhadap Ukraina dan ancaman potensial Rusia terhadap negara-negara lain di sekitarnya telah menjadi isu dalam pemilihan presiden Amerika, sebagian besar disebabkan oleh komentar Donald Trump.
Kandidat Pabrik Republik ini mengatakan kepada pewawancara televisi Amerika bulan lalu, bahwa rakyat Krimea, yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014, “lebih suka bersama Rusia” dan kalau terpilih, dia akan meninjau opsi untuk memberi pengakuan atas semenanjung Laut Hitam itu sebagai teritori Rusia.
Amerika dan Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Rusia menyusul aneksasi Krimea dan memperluas sanksi tersebut setelah Moskow mulai memberikan bantuan militer kepada separatis di Ukraina timur.
Dalam wawancara dengan Myroslava Gongadze dari VOA, Michael Carpenter, Deputi Asisten Menteri Pertahanan Amerika yang bertanggung jawab atas Rusia, Ukraina, dan Eurasia, mengatakan, tindakan Rusia di Krimea telah melanggar sejumlah norma dan persetujuan internasional termasuk Piagam PBB.
Carpenter mencatat bahwa pertempuran di Ukraina timur, yang sudah menewaskan hampir 10 ribu orang, semakin intensif akhir-akhir ini.
Ia menambahkan, Ukraina bukan satu-satunya negara yang jadi sasaran dari tindakan militer Rusia dalam tahun-tahun terakhir, tetapi Rusia juga melakukan invasi terhadap Georgia pada 2008.
Trump baru-baru ini kepada New York Times mengatakan, bahwa komitmen Amerika pada NATO bergantung pada pemenuhan kewajiban para anggotanya, dan dia menuduh banyak anggota NATO tidak membayar rekening mereka. Trump juga pernah mengatakan bahwa NATO sudah kadaluwarsa.
Namun Deputi Asisten Menteri Michael Carter menegaskan bahwa baik negara Baltik, maupun anggota NATO lainnya sudah tentu bisa mengandalkan Amerika untuk membela kedaulatan mereka.
Carpenter mencatat, Amerika sedang mengerahkan pasukan militer ke Eropa timur guna membantu anggota-anggota NATO di sana. [jm]