Anggota kongres AS pada Selasa (5/10) mengecam raksasa media sosial Facebook setelah mantan pegawai perusahaan tersebut, Frances Haugen, yang akhirnya menjadi seorang whistleblower atau pelapor, menuduh produk-produk Facebook berpengaruh buruk pada generasi muda, memperlemah demokrasi, serta memecah belah negara.
Haugen, yang bekerja sebagai manajer proyek Facebook selama kurang dari dua tahun, menganggap CEO Facebook Mark Zuckerberg bertanggung jawab dan menuduhnya memprioritaskan keuntungan perusahaan ketimbang mengendalikan muatan dari berbagai platform perusahaan media sosial itu, termasuk Instagram.
Haugen memberi kesaksian di depan Sub-Komite Perdagangan bagi Perlindungan Konsumen di Senat sehari setelah Facebook menghadapi masalah teknis selama beberapa jam yang mengakibatkan jutaan pengguna mereka tidak bisa mengakses situs Facebook dan juga platform lainnya seperti Instagram dan WhatsApp, yang juga dimiliki oleh perusahaan teknologi raksasa tersebut.
“Saya tidak tahu kenapa platform itu lumpuh,” kata Haugen, “tetapi saya tahu bahwa selama lebih dari lima jam (saat gangguan tersebut terjadi), Facebook tidak digunakan untuk semakin memecah belah, mengacaukan demokrasi, dan membuat perempuan merasa buruk dengan tubuh mereka” lewat unggahan foto-foto glamor dari model, penyanyi pop, dan bintang Hollywood.
Para anggota kongres Demokrat dan Republik, yang jarang sekali menunjukkan kekompakan dalam menangani isu, secara cepat melancarkan kecaman terhadap Facebook, dan mengritik Zuckerberg yang memutuskan pergi berlibur di tengah kontroversi yang membelit perusahaannya. Para anggota kongres tersebut berjanji akan memberlakukan kendali lebih ketat di media sosial. (jm/em)