Para politisi Australia diperingatkan hari Jumat (29/6) bahwa akan ada lebih banyak pencari suaka yang tewas saat parlemen menjalani rehat musim dingin selama enam pekan, setelah gagal mencapai kompromi mengenai isu kontroversial itu.
Parlemen Australia memasuki masa rehat setelah majelis tinggi atau Senat hari Kamis (28/6) menolak rancangan undang-undang atau RUU yang mengatur para pencari suaka. Penolakan ini membuat penyelesaian masalah para pencari suaka kembali menemui jalan buntu. Sebelumnya, RUU itu lolos di majelis rendah atau DPR.
RUU itu diperkenalkan setelah dua kapal penuh kapal penuh pencari suaka tenggelam di lepas pantai Pulau Christmas, sebuah kawasan terpencil di Australia yang cukup dekat ke Indonesia, dalam dua pekan terakhir.
Dalam insiden pertama, 110 berhasil diselamatkan dan 90 orang diperkirakan tewas. Dalam insiden berikutnya, 130 orang berhasil diselamatkan dan empat lainnya tewas.
Anggota parlemen independen, Andrew Wilkie, mengatakan parlemen Australia seharusnya tidak menjalani rehat ketika isu penting itu belum terselesaikan.
RUU mengenai pencari suaka pada intinya adalah gagasan untuk membentuk pusat pemrosesan pengungsi di luar Australia. Gagasan itu diharapkan akan membuat para pencari suaka berpikir ulang untuk datang ke Australia karena tidak akan langsung bisa menikmati kehidupan di Australia.
Setelah parlemen gagal mencapai kompromi, Perdana Menteri Julia Gillard membentuk suatu komisi yang dipimpin mantan panglima Angkatan Bersenjata Australia Marsekal Allan Angus Houston, untuk mengkaji pilihan kebijakan yang tersedia. Julia Gillard berjanji akan mempertimbangkan apapun yang diusulkan namun belum membatalkan usulannya untuk melakukan pertukaran pengungsi dengan Malaysia.
Parlemen Australia memasuki masa rehat setelah majelis tinggi atau Senat hari Kamis (28/6) menolak rancangan undang-undang atau RUU yang mengatur para pencari suaka. Penolakan ini membuat penyelesaian masalah para pencari suaka kembali menemui jalan buntu. Sebelumnya, RUU itu lolos di majelis rendah atau DPR.
RUU itu diperkenalkan setelah dua kapal penuh kapal penuh pencari suaka tenggelam di lepas pantai Pulau Christmas, sebuah kawasan terpencil di Australia yang cukup dekat ke Indonesia, dalam dua pekan terakhir.
Dalam insiden pertama, 110 berhasil diselamatkan dan 90 orang diperkirakan tewas. Dalam insiden berikutnya, 130 orang berhasil diselamatkan dan empat lainnya tewas.
Anggota parlemen independen, Andrew Wilkie, mengatakan parlemen Australia seharusnya tidak menjalani rehat ketika isu penting itu belum terselesaikan.
RUU mengenai pencari suaka pada intinya adalah gagasan untuk membentuk pusat pemrosesan pengungsi di luar Australia. Gagasan itu diharapkan akan membuat para pencari suaka berpikir ulang untuk datang ke Australia karena tidak akan langsung bisa menikmati kehidupan di Australia.
Setelah parlemen gagal mencapai kompromi, Perdana Menteri Julia Gillard membentuk suatu komisi yang dipimpin mantan panglima Angkatan Bersenjata Australia Marsekal Allan Angus Houston, untuk mengkaji pilihan kebijakan yang tersedia. Julia Gillard berjanji akan mempertimbangkan apapun yang diusulkan namun belum membatalkan usulannya untuk melakukan pertukaran pengungsi dengan Malaysia.