PHNOM PENH —
Sebuah studi global yang dirilis Selasa (20/8) menunjukkan hasil beragam terkait upaya-upaya yang dilakukan oleh sejumlah negara dalam mengatasi epidemi HIV.
Sementara beberapa negara di Asia Tenggara telah mencapai kemajuan yang baik dalam melawan penyakit, situasinya masih suram di negara-negara lainnya, termasuk Indonesia, Vietnam dan Filipina.
Laporan yang dirilis oleh Institut Kesehatan Metrik dan Evaluasi (IHME) di Universitas Washington di Amerika menemukan bahwa kematian akibat penyakit terkait HIV meningkat lebih dari separuh di ke-187 negara yang disurvei.
“Angka kematian terkait HIV meningkat di 98 negara. Jadi, walaupun beberapa negara yang menanggung beban berat telah mencapai kemajuan besar dalam mengurangi epidemi itu dalam dekade terakhir, HIV muncul dalam populasi yang belum pernah terkena sebelumnya. Di Asia Tenggara, negara-negara yang meningkat angka kematian HIV-nya adalah Indonesia, Laos, Filipina, Sri Lanka, Vietnam,” ujar penulis utama laporan tersebut, Katrina Ortblad.
Sejak HIV pertama kali muncul 1980, penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di dunia, sebagian besar menyerang kaum muda yang aktif secara ekonomi.
Penyakit ini paling umum di sub-Sahara Afrika, tempat HIV dianggap sebagai epidemi umum yang mempengaruhi populasi secara lebih luas.
Di Asia Tenggara, seperti di sebagian besar wilayah di dunia, HIV disebut sebagai epidemi yang terkonsentrasi: Mempengaruhi kelompok-kelompok tertentu seperti pekerja seks, orang yang menyuntikkan narkoba, atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Laporan IHME itu menganalisa dampak HIV/AIDS dalam kaitannya dengan sejumlah penyakit besar lainnya termasuk kanker, jantung, malaria dan diare, dan berbagai penyakit lain yang berjumlah hampir 300 jenis. Juga diperhitungkan dampak kematian akibat kecelakaan di jalan-jalan. Data yang mendukung penelitian ini diambil dari UNAIDS dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Laporan tersebut mengkalkulasi apa yang disebut beban kesehatan dengan memperhitungkan jumlah tahun yang hilang akibat kematian dini pada setiap penyakit atau kecelakaan, serta waktu yang hilang karena sakit sebelum penderitanya meninggal.
Ini memungkinkan para peneliti untuk membandingkan beban kesehatan HIV atau AIDS pada masing-masing negara dan membandingkan antara satu negara dengan lainnya.
Dua puluh tahun lalu, HIV atau AIDS ditempatkan pada posisi ke-33 dalam daftar beban kesehatan global. Kini, kata Ortblad, berada di tempat kelima di belakang penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan, stroke dan diare.
Sementara beberapa negara di Asia Tenggara telah mencapai kemajuan yang baik dalam melawan penyakit, situasinya masih suram di negara-negara lainnya, termasuk Indonesia, Vietnam dan Filipina.
Laporan yang dirilis oleh Institut Kesehatan Metrik dan Evaluasi (IHME) di Universitas Washington di Amerika menemukan bahwa kematian akibat penyakit terkait HIV meningkat lebih dari separuh di ke-187 negara yang disurvei.
“Angka kematian terkait HIV meningkat di 98 negara. Jadi, walaupun beberapa negara yang menanggung beban berat telah mencapai kemajuan besar dalam mengurangi epidemi itu dalam dekade terakhir, HIV muncul dalam populasi yang belum pernah terkena sebelumnya. Di Asia Tenggara, negara-negara yang meningkat angka kematian HIV-nya adalah Indonesia, Laos, Filipina, Sri Lanka, Vietnam,” ujar penulis utama laporan tersebut, Katrina Ortblad.
Sejak HIV pertama kali muncul 1980, penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di dunia, sebagian besar menyerang kaum muda yang aktif secara ekonomi.
Penyakit ini paling umum di sub-Sahara Afrika, tempat HIV dianggap sebagai epidemi umum yang mempengaruhi populasi secara lebih luas.
Di Asia Tenggara, seperti di sebagian besar wilayah di dunia, HIV disebut sebagai epidemi yang terkonsentrasi: Mempengaruhi kelompok-kelompok tertentu seperti pekerja seks, orang yang menyuntikkan narkoba, atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Laporan IHME itu menganalisa dampak HIV/AIDS dalam kaitannya dengan sejumlah penyakit besar lainnya termasuk kanker, jantung, malaria dan diare, dan berbagai penyakit lain yang berjumlah hampir 300 jenis. Juga diperhitungkan dampak kematian akibat kecelakaan di jalan-jalan. Data yang mendukung penelitian ini diambil dari UNAIDS dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Laporan tersebut mengkalkulasi apa yang disebut beban kesehatan dengan memperhitungkan jumlah tahun yang hilang akibat kematian dini pada setiap penyakit atau kecelakaan, serta waktu yang hilang karena sakit sebelum penderitanya meninggal.
Ini memungkinkan para peneliti untuk membandingkan beban kesehatan HIV atau AIDS pada masing-masing negara dan membandingkan antara satu negara dengan lainnya.
Dua puluh tahun lalu, HIV atau AIDS ditempatkan pada posisi ke-33 dalam daftar beban kesehatan global. Kini, kata Ortblad, berada di tempat kelima di belakang penyakit jantung, infeksi saluran pernapasan, stroke dan diare.