Dari tepi pantai Pulau Lutungan, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, terdengar suara anak-anak membaca dengan suara lantang, seolah berusaha mengalahkan suara deburan ombak. Belasan anak-anak kelas satu sekolah dasar itu sedang belajar membaca ditemani sejumlah anggota polisi yang hari itu berperan menjadi guru.
Menurut Suryanto, seorang warga setempat, para polisi dari Kepolisian Sektor (Polsek) Baolan itu rutin datang mengajar dan membawakan buku-buku bagi anak-anak usia sekolah di pulau itu sejak Juli. Mereka membawa buku-buku itu dengan menggunakan speed boat dari Pelabuhan Dede Tolitoli ke Pulau Lutungan di kelurahan Nalu, Kecamatan Baolan. Butuh waktu 20 menit untuk menuju pulau yang dihuni 68 keluarga nelayan tradisional.
Anak-anak selalu menyambut kedatangan para polisi itu dengan antusias. Mereka berharap bisa mendapat buku bacaan baru dalam kegiatan belajar di hari itu. “Kalau polisi-polisi-nya datang, masih jauh speed boat, anak-anak sudah menunggu di dermaga,” tutur Suryanto (58), kepala lingkungan Pulau Lutungan, saat dihubungi oleh VOA pada Rabu (5/8).
Dituturkan Suryanto, sejak sekolah diliburkan pada Maret 2020, kegiatan belajar dari rumah oleh anak-anak di pulau itu terkendala oleh ketersediaan buku-buku pelajaran yang tidak memadai. Tak banyak keluarga nelayan di pulau itu yang memiliki perangkat ponsel pintar berbasis Android. Alhasil, kegiatan belajar anak-anak dilakukan secara luring (offline).
“Selama pandemi corona tidak pernah dikatakan sekolah. Syukur-syukur ada yang dari kepolisian. Pak Polsek Baolan Polres Tolitoli mengadakan kumpul, baca bersama anak-anak di sini. Jadi semua masyarakat yang ada mengucapkan terima kasih,” ujar Suryanto dengan nada haru.
Kondisi di Pulau Lutungan mewakili potret kondisi pendidikan di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia yang makin tersisih kebijakan pembelajaran daring (online) di tengah masa pandemi virus corona.
Dana PBB untuk anak-anak (UNICEF) pada Mei 2020 menyebutkan kebijakan meliburkan sekolah sejak Maret menyebabkan hampir 60 juta siswa di Indonesia kesulitan untuk program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena keterbatasan akses internet, listrik dan opsi pembelajaran. UNICEF menyebutkan rata-rata prosentase jumlah anak di pedesaan yang memiliki komputer dan sambungan internet di rumah mereka kurang dari 15 persen, sedangkan di perkotaan hanya 15 persen.
Minim ketersediaan buku
Iptu Siswanto, Kapolsek Baolan menceritakan kepada VOA bahwa kegiatan mengajar dan membawa buku-buku ke Pulau Lutungan itu bermula ketika pihaknya melihat kegiatan belajar dari rumah anak-anak di pulau itu terkendala oleh minimnya jumlah buku pelajaran dan buku bacaan lainnya. Padahal, anak-anak itu sudah belajar dari rumah selama enam bulan karena pembatasan terkait pencegahan penularan virus corona.
Situasi serupa juga dialami oleh dua guru honorer sekolah dasar yang tinggal di pulau itu. “Sehingga kami berinisiatif membawa buku bacaan ke pulau tersebut, Insyaallah buku tersebut bisa digunakan mereka untuk menambah wawasan,” jelas Iptu Siswanto.
Untuk menyediakan buku-buku yang dibutuhkan oleh anak-anak tersebut, Polsek Baolan mendapat pinjaman 600 buku setiap bulannya dari Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Tolitoli. Buku-buku itu dibawa secara bertahap pada setiap Selasa atau Rabu setiap bulannya dengan speedboat. Sesampai di Pulau Lutungan, buku-buku itu ditempatkan di salah satu rumah warga setempat sehingga anak-anak bisa datang membaca di tempat yang telah disediakan.
“Nanti setiap bulannya, kami ambil semua buku itu, kami ganti yang baru. Kami carikan buku-buku yang baru sesuai dengan permintaan dari mereka,” jelas Iptu Siswanto. Selain buku pelajaran, anak-anak juga minta dibawakan buku cerita bergambar.
Setiap mengantar buku ke pulau itu, Siswanto bersama anggota polisi lainnya juga menggelar kegiatan belajar bersama membaca, menulis dan berhitung. Kegiatan belajar bersama itu digelar di tepi pantai maupun di dermaga yang nyaman bagi anak-anak dengan menerapkan protokol kesehatan. Biasanya kegiatan belajar bersama itu berlangsung selama dua jam.
“Jadi kami bukan hanya belajar membaca, juga mengajari anak-anak yang kelas satu. Kami ajari berhitung juga. Terus ada juga motivasi-motivasi untuk mereka menghargai orang tua, menghargai guru,” papar Siswanto.
Menariknya, selain membawakan buku untuk anak-anak usia sekolah, Polsek Baolan juga mendapat permintaan dari warga di pulau itu untuk dibawakan buku-buku yang mengenai perikanan dan pertanian. Sehingga aktivitas membaca tidak saja dilakukan oleh anak-anak, tapi juga para orang tua.
Menurut Iptu Siswanto, sejak kegiatan rutin mengajar dan membawakan buku bacaan ke Pulau Lutungan, pihaknya juga mulai mendapat permintaan kegiatan serupa dari desa-desa lainnya. [yl/ft]