Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, Amerika Serikat (AS)dan negara-negara lain melaporkan peningkatan dramatis jumlah ancaman anti-Yahudi (antisemit) dan Islamofobia (kecurigaan terhadap Islam). Hal itu menyebabkan peningkatan keamanan bagi komunitas beragama tersebut.
Jumlah insiden antisemit yang dilaporkan di AS meningkat sebesar 388 persen dalam empat minggu setelah 7 Oktober, menurut Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (ADL), sementara jumlah insiden Islamofobia di AS meningkat 216 persen dalam jangka waktu yang sama, menurut kepala Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR).
Menjelang berakhirnya 2023, kedua organisasi pengawas anti-kebencian itu mengatakan, konflik terbaru di Timur Tengah telah mencatat rekor tertinggi dalam insiden kebencian anti agama. Konflik Timur Tengah diawali serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang dan 240 disandera, yang merupakan serangan teroris paling mematikan dalam sejarah Israel. Kemudian terjadi serangan balasan Israel di Jalur Gaza yang didukung AS menewaskan lebih dari 19.000 orang.
“Hanya dalam 8 minggu pada Oktober hingga November 2023, CAIR menerima 42 persen pengaduan sepanjang tahun 2022,” kata kelompok advokasi dan hak-hak sipil Muslim yang berpusat di AS dalam sebuah laporan yang diterbitkan hari Rabu.
Perwakilan Israel dan Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saling tuding terhadap terjadinya “genosida” atas perang yang berkecamuk di Gaza, dan kedua belah pihak menuntut tanggapan internasional.
Minggu lalu ADL mengeluarkan laporan yang menyatakan, dari 7 Oktober hingga 7 Desember, pihaknya mencatat jumlah insiden Anti-Semit tertinggi dalam periode dua bulan, sejak kelompok itu mulai mencatatnya pada 1979. [ps/jm]
Forum