Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf mewaspadai peningkatan suhu politik nasional yang memanas akhir-akhir ini, dengan memperhatikan potensi konflik yang dapat timbul di tengah masyarakat. Kerawanan itu dapat berupa kriminalitas, konflik sosial di masyarakat, dan konflik berlatar belakang suku agama dan ras antar golongan (SARA).
“Kalau masalah kerawanan-kerawanan kan, potensi konflik itu ada, di antaranya pendukung, kemudian ada konflik tanah juga, kemudian ada konflik yang berlatarbelakang keagamaan ada juga, tetapi potensi-potensi kerawanan itu selama ini bisa kita konsolidasi supaya tetap terkendali,” ujar Saifullah.
Saifullah Yusuf mengajak seluruh masyarakat di Jawa Timur berpikir bijak menyikapi berbagai persoalan, sehingga tidak mudah dipecah belah oleh isu yang tidak seharusnya ditanggapi serius. Masyarakat diminta tidak sampai berurusan dengan hukum karena melakukan tindakan yang mencederai norma-norma yang ada di masyarakat.
“Kita ingin ajak masyarakat untuk dewasa, untuk mengerti keadaannya sehingga jangan sampai melakukan tindakan yang bisa dikategorikan melanggar hukum atau merusak persatuan,” tambah Saifullah.
Presiden Joko Widodo menyerukan para guru juga terlibat dalam mendidik dan membimbing anak didiknya, agar berperilaku sesuai norma dan kesopanan, karena akhir-akhir ini banyak generasi muda yang mengumbar kebencian di media sosial.
Menurut Adi Irawan, seorang guru sekaligus Kepala sekolah PG/TK Hompimpah di Surabaya, pendidikan karakter pada anak perlu diperkenalkan sejak dini pada anak, untuk menanamkan nilai dan norma yang baik pada anak. Ia mencontohkan, seperti mengajak anak didik usia dini mengenal profesi polisi, sebagai salah satu aparatur penegak hukum.
“Kami coba mengajarkan anak-anak ini bagaimana berperilaku baik, berkarakter baik selayaknya polisi yang bukan momok tapi sebagai pahlawan, ini yang coba kami tanamkan ke anak-anak bahwa polisi juga pahlawan bagi kita,” tutur Adi.
Kepala Unit Sabhara Polsek Tegalsari, Surabaya, AKP Sugiat mengatakan, pengenalan profesi polisi sebagai penegak hukum kepada anak sangat diperlukan, agar anak mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Termasuk menunjukkan adanya ruang tahanan bagi orang yang melanggar hukum, sehingga anak-anak tidak sampai berbuat kejahatan saat beranjak dewasa.
“Saya menunjukkan kepada anak-anak, jangan sampai dia itu melanggar hukum seperti dia (tahanan), intinya begitu. Insyaallah dengan adanya itu dia kan jadi takut (berbuat salah), oh iya saya tidak akan mukul teman dan lain sebagainya,” kata Sugiat. [pr/ab]