Tautan-tautan Akses

Penegak Hukum Berupaya Menenangkan Para Pemilih di Sejumlah TPS


Para pekerja memasang papan-papan di etalase toko Zara di Manhattan, menjelang pemilihan presiden 2020 di tengah pandemi virus corona (COVID-19), New York, Selasa, 2 November 2020. (Foto: Reuters)
Para pekerja memasang papan-papan di etalase toko Zara di Manhattan, menjelang pemilihan presiden 2020 di tengah pandemi virus corona (COVID-19), New York, Selasa, 2 November 2020. (Foto: Reuters)

Ketika ketegangan meningkat pada malam pemilihan presiden yang sangat diperebutkan pada Selasa (3/11), sejumlah pejabat penegak hukum meyakinkan para pemilih bahwa mereka bisa memberikan suara tanpa khawatir dengan intimidasi dan kekerasan.

Banyak pemilih merasa gelisah karena serentetan insiden yang mengadu domba pendukung Presiden Donald Trump dengan pemilih Demokrat yang mendukung mantan wakil presiden Joe Biden. Itu menambah rasa khawatir atas ketegangan politik yang dapat berubah menjadi kekerasan pada hari pemilu.

Hanya beberapa jam sebelum tempat-tempat pemungutan suara (TPS) dibuka di seluruh negeri untuk putaran terakhir pemungutan suara dalam pemilihan presiden dan Kongres 2020, sejumlah aktivis hak pemilu dan beberapa pejabat tinggi penegak hukum di negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama, Senin (2/11), berupaya untuk meredam kecemasan para pemilih.

"Saya sangat yakin proses pemungutan suara yang kita miliki di Wisconsin aman dan terjamin dan segala sesuatunya akan berjalan lancar pada pemungutan suara besok," kata Jaksa Agung Wisconsin Josh Kaul dalam keterangan pers melalui panggilan telepon.

"Kami akan lakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga keamanan tempat pemungutan suara sehingga tiap warga North Carolina yakin ketika mengetahui bahwa mereka dapat memilih tanpa gangguan apa pun," Jaksa Agung North Carolina Josh Stein menambahkan juga dalam keterangan pers.

North Carolina dan Wisconsin di antara puluhan atau lebih negara bagian di mana Trump dan Biden bersaing ketat atau Biden sedikit lebih berpeluang. Hasil dari puluhan pemilihan presiden itu dinilai krusial untuk menentukan pemenang pilpres AS 2020.

Brian Levin, direktur pusat studi kebencian dan ekstremisme di California State University, mengatakan kecemasan menjelang pemilu bukanlah hal yang baru. Ketegangan politik, imbuhnya, cenderung meningkat di seputar pemilihan tingkat nasional.

Jelang pemilu, beberapa pengawas ekstremisme memperingatkan tentang peningkatan aktivitas kelompok sayap kanan, sementara lembaga penegak hukum telah mempersiapkan kemungkinan terjadinya kekerasan dalam pemilu 2020. Walau terlalu dini untuk memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi pada Selasa (3/11), sejumlah bisnis mulai menutup etalase toko di New York, Washington DC, dan sejumlah tempat lainnya untuk mengantisipasi potensi kerusuhan. [mg/ft]

XS
SM
MD
LG