Perusahaan teknologi, Apple Inc. diperkirakan akan memotong produksi iPhone model terbaru (6s dan 6s Plus) sekitar 30 persen pada kuartal pertama 2016 (antara Januari-Maret), karena jumlah persediaan (stok) yang berlebihan, Nikkei melaporkan.
Sementara persediaan iPhone 6s dan 6s Plus telah menumpuk sejak diluncurkan September lalu, produksi iPhone terbaru akan dikurangi untuk membiarkan peritel resmi Apple menjual iPhone dari kelebihan persediaan mereka saat ini.
Laporan Nikkei ini memicu harga saham Apple turun 2,5 persen, padahal saham Apple telah anjlok sekitar seperempat dari rekor harga saham tertinggi pada bulan April lalu, yang mencerminkan kekhawatiran investor atas melambatnya pengiriman produk baru Apple tersebut.
Harga saham perusahaan-perusahaan supplier Apple di Asia yang membuat layar dan "chip" iPhone juga melemah tajam pada hari Rabu (6/1).
"Ini membuka mata (para investor) adanya penurunan produksi Apple yang berarti bahwa jumlah permintaan terhadap iPhone 6s lebih rendah (dari perkiraan)," kata seorang analis FBR Capital Markets, Daniel Ives.
"Wall Street sudah memperkirakan penurunan produksi ini, tapi besarnya (pemangkasan produksi iPhone) ini cukup mengkhawatirkan."
Meskipun demikian, produksi iPhone diperkirakan akan kembali normal pada kuartal kedua tahun ini (April-Juni), menurut perkiraan Nikkei.
Namun, Patrick Moorhead, seorang analis pada Moor Insights & Strategy, mengatakan ia sedikit skeptis tentang laporan Nikkei soal pengurangan produksi iPhone tersebut.
"Apple selama ini telah memperoleh pangsa pasar yang signifikan di hampir setiap daerah, dan saya tidak melihat adanya perlambatan (permintaan) global," kata Moorhead.
Perusahaan Apple tidak segera memberikan komentar terhadap laporan Nikkei itu.
Untuk tahun fiskal 2016, pendapatan Apple diperkirakan akan tumbuh rata-rata di bawah 4 persen. Angka ini jauh dari pertumbuhan pendapatan Apple sebesar 28 persen yang dicapai pada tahun fiskal 2015, berdasarkan angka penjualan hingga bulan September lalu. [pp/dw]