Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan, pada Selasa (20/12), mengatakan negaranya berkomitmen pada “kedaulatan dan kemerdekaan Irak.” Hal ini disampaikannya saat berpidato di hadapan para pemimpin Timur Tengah dan Eropa yang menghadiri konferensi di Yordania untuk mendorong keamanan dan stabilitas di Irak.
Faisal bin Farhan mengatakan Arab Saudi “menegaskan penolakannya terhadap agresi apapun di setiap inci wilayah Irak.”
Pertemuan itu melibatkan pejabat-pejabat tinggi di kawasan tersebut, termasuk dua negara yang saling bersaing – Arab Saudi dan Iran – bersama dengan pemimpin dari Prancis, Irak, Turki, Mesir, Kuwait, Bahrain, Oman dan Uni Eropa.
Negara-negara itu mengatakan tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menunjukkan “dukungan bagi Irak, atas kedaulatan dan stabilitas, juga atas proses politik, kemajuan ekonomi dan pembangunan, serta upaya untuk membangun kembali Irak.”
Selama beberapa dekade stabilitas dan keamanan Irak telah terguncang oleh konflik internal dan eksternal. Invasi pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2003 telah memicu kekerasan intens dan perselisihan sektarian yang berlangsung selama bertahun-tahun, termasuk terbentuknya kelompok ekstremis Negara Islam (ISIS) dan pemberdayaan faksi politik dan milisi yang didukung Iran.
Irak baru-baru ini lumpuh akibat kemacetan politik, di mana terjadi perselisihan tajam antara mereka yang bersekutu dan menentang Iran. Irak telah berusaha berperan sebagai mediator antara Iran dan Arab Saudi. Tetapi serangkaian pembicaraan antara keduanya di Irak terhenti, ketika Iran dilaporkan menuduh Arab Saudi menghasut terjadinya protes di negaranya. [em/jm]
Forum