Kenaikan harga BBM membuat para pengemudi mobil di Amerika marah dan kalangan ekonom khawatir mengenai kerugian yang diakibatkannya pada pemulihan ekonomi Amerika yang rapuh.
Ketidakstabilan harga BBM juga menjadi sasaran empuk di arena politik dalam tahun pemilu ini.
Dalam sebulan ini, harga bensin telah naik 20 persen atau lebih di beberapa bagian Amerika, menguras kocek para pengemudi setiap kali mereka mengisi tanki bensin.
Kalangan spekulan telah menaikkan harga di tengah ketegangan seputar Iran, pemasok utama minyak mentah, dan tanda-tanda pemulihan ekonomi Amerika diperkirakan akan memperbesar permintaan akan energi. Produksi minyak domestik Amerika naik, tapi kapasitas Amerika mengkonversi minyak mentah menjadi bensin tidak bertambah.
Kalangan Partai Republik menyalahkan Presiden Barack Obama, yang telah membatasi pengeboran baru dan menolak pemasangan pipa saluran minyak dari Kanada.
Ketua fraksi Minoritas Senat Mitch McConnell mengatakan, “Kita telah sampai pada titik dimana harga bensin sekarang 100 persen lebih mahal dari harga ketika presiden ini mulai menjabat. Amerika adalah negara yang kaya energi. Sudah waktunya bagi kita memulai eksploitasi sumberdaya yang ada pada kita.”
Presiden Obama menuduh lawan-lawannya melakukan oportunisme politik dalam tahun pemilu dan berpandangan sempit pada pengeboran minyak saja. Dia mengatakan “kita tidak bisa mengebor saja untuk menurunkan harga bensin. Obama terus memperjuangkan produksi mobil hemat energi dan sumber energi alternatif.”
Obama menambahkan, “Kita perlu semua strategi terbaik yang berkelanjutan yang mengembangkan setiap sumber energi Amerika yang tersedia: minyak, gas, angin, tenaga surya, nuklir, bahan bakar nabati, dan lain-lain. Kita perlu terus mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita menghemat BBM untuk mobil dan truk.
Tidak semua orang mengeluh tentang tingginya harga BBM. Dealer mobil melaporkan kenaikan penjualan kendaraan hemat bahan bakar pada pekan ini naik tiga kali lipat.
