Dua anggota Kongres Amerika menyambut baik dialog antar keyakinan yang dilakukan 24 tokoh agama Islam, Kristen dan Yahudi yang tergabung dalam “Interfaith Mission for Peace and Understanding”. Keduanya menilai sudah saatnya agama menjadi jembatan yang menghubungkan aspirasi antar pemeluk dan bukan dinding yang membatasi dialog.
Konflik Israel-Palestina yang berlangsung puluhan tahun kerap menjadi alasan munculnya gerakan ekstrimisme di banyak negara. Namun menurut ke-24 tokoh agama Islam, Kristen dan Yahudi yang baru saja menyelesaikan perjalanan ke Jakarta, Amman, Ramallah dan Tel Aviv, agama bukanlah akar konflik tersebut.
Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia Dr. Tjahjadi Nugraha yang termasuk bagian dari kelompok “Interfaith Mission for Peace and Understanding”, yang melakukan perjalanan selama 12 hari ke berbagai daerah konflik itu menyatakan agama telah digunakan sebagai komoditi konflik dan politik semata.
“Agama dijadikan alat untuk pembenaran. Yang saya dapat dari cerita rakyat Palestina dan Israel – juga pemimpin2nya – yaitu berani tidak kita untuk kembali ke ajaran benar yang disampaikan kitab2 suci para nabi, bukan interpretasi para kiai, pendeta atau rabbi. Jika ini selesai maka kita akan kembali pada rahmatan lil alamin. Ini jelas konflik soal tanah, pengungsi, kemiskinan dan lain-lain,” demikian ungkap Tjahjadi Nugraha.
Para tokoh agama Islam, Kristen dan Yahudi yang baru saja menyelesaikan lawatan mereka itu bertemu dengan sejumlah anggota Kongres Amerika Kaukus Indonesia Rabu sore.
Keith Ellison – anggota Kongres dari Partai Demokrat menyambut baik lawatan dan dialog antar tokoh agama itu. Menurutnya hal ini akan membuat agama menjadi jembatan yang menghubungkan aspirasi antar pemeluk dan bukan dinding yang membatasi dialog.
“Ini jembatan bukan dinding pembatas. Ini bukan halangan tetapi tempat yang membawa kebersamaan. Saya sangat bangga melihat tokoh Islam, Kristen dan Yahudi duduk bersama dan bicara tentang isu-isu penting ini. Sudah saatnya mereka berdiri sebagai satu kesatuan dan menyerukan rasa hormat, toleransi dan keterbukaan. Dan tentunya mengatakan kepada mereka yang masih saling membunuh karena perbedaan, hal itu tidak benar dan tidak bermoral,” ujar Keith Ellison.
Lebih jauh ke-24 tokoh agama Islam, Kristen dan Yahudi ini – termasuk Ketua Lembaga Perdamaian Untuk Kemanusiaan Indonesia Luluk Nur Hamidah yakin, dialog semacam ini akan membantu menyudahi kesalahpahaman tentang akar konflik yang terjadi dan sekaligus menghentikan ekstrimisme di banyak negara, khususnya Indonesia. Dialog diyakini akan memberi ruang hadirnya generasi dengan pemahaman dan visi baru yang lebih baik.
Luluk Nur Hamidah mengatakan, “Kita percaya adanya generasi baru pada kedua pihak – Israel dan Palestina – yang harus diberi ruang lebih banyak karena mereka akan jadi pemimpin baru yang punya visi tentang perdamaian, keadilan dan tempat kita meletakkan masa depan. Kita harus memberi ruang sejak sekarang”.
Ke-24 tokoh agama Islam, Yahudi dan Kristen ini akan berada Washington hingga hari Jumat untuk melakukan serangkaian pertemuan lanjutan dengan para pejabat Amerika.