Wakil Kapolri, Komisaris Jenderal Polisi Nanan Sukarna, mengatakan segala sesuatunya telah dipersiapkan sebaik mungkin, untuk pengamanan KTT ASEAN ke-18, akhir pekan mendatang. Nanan mengungkapkan demikian usai diskusi yang membahas akar masalah gerakan-gerakan radikal di Indonesia, di kampus Universitas Paramadina, Rabu siang.
“Tadi kita sudah lakukan checking (pemeriksaan) terakhir oleh Wapres (Boediono) untuk pengamanan, penyelenggaraan maupun kenyamanan peserta (KTT ASEAN). Mudah-mudahan semua berjalan baik, saya mohon bantuan kepada seluruh masyarakat walaupun kami sudah siap walaupun pengamanan ini sudah siap untuk pengamanan ini tetap membutuhkan informasi, agar ‘wajah’ Indonesia di ASEAN dan dunia tampil dengan baik. Ini pertaruhan juga, kalau ada yang radikal nama baik Indonesia yang kena,” ujar Nanan.
Nanan Sukarna menolak menjabarkan persiapan aparat keamanan secara detil, namun sebanyak 7.000 lebih personil gabungan TNI dan Polri telah disiapkan, di dalam dan di sekitar kawasan Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan yang menjadi tempat berlangsungnya KTT, juga di sejumlah titik di pusat kota.
“Kita amankan semua titik, jumlah anggota 7.000 lebih dari TNI dan Polri. Kapan ring 1, ring 2, kapan polisi dan TNI (sudah disiapkan). Alhamdulillah, pemeriksaan terakhir tadi aman,” kata Nanan.
Pengamanan super ketat ini, menurut Nanan, tidak berkaitan dengan kematian Osama bin Laden. Ia berdalih bahwa sudah menjadi tugas TNI dan Polri untuk mengamankan secara maksimal setiap acara-acara kenegaraan tingkat internasional.
Sementara itu, dunia meningkatkan pengamanannya setelah Osama bin Laden resmi dinyatakan tewas oleh pasukan tentara Amerika Serikat, Senin lalu. Namun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyad Mbai, mengatakan kepada VOA, bahwa tewasnya Osama bin Laden bukan menjadi penyebab peningkatan kewaspadaan Indonesia akan aksi balas dendam para teroris.
"Bin Laden tewas atau tidak, kita harus tetap waspada, sebab teroris yang tidak mati juga temanya tetap balas dendam semua," ujar Ansyad. "Lihat saja itu bom malam Natal, temanya balas dendam kematian Muslim di Ambon. Yang di Kedutaan Filipina dulu juga untuk membalas kematian Mujahiddin yang dibantai pemerintah Filipina di Mindanao (Filipina Selatan). Lalu, bom Bali oleh Imam Samudera tahun 2002, itu pembalasan atas pembantaian ratusan muslim di seluruh dunia.”
Terkait penyelenggaraan KTT ASEAN, kata Ansyad Mbai, kerjasama internal aparat intelijen dan keamanan di ASEAN juga dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan aktivitas jaringan teroris di kantong-kantong utama seperti Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan Indonesia. “Jelas itu TNI dan Polri sudah siaga untuk itu. Pelaksanaan KTT ASEAN adalah bukti amannya Indonesia,” kata Ansyad.
Puluhan menteri dan pejabat setingkat menteri serta kepala negara dan kepala pemerintahan 10 anggota ASEAN akan menghadiri KTT ASEAN ke-18 mendatang ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan membukan konferensi ini Sabtu. Para peserta akan membicarakan di antaranya, implementasi Piagam ASEAN, peta jalan (road map) ASEAN, serta rencana induk (master plan) ASEAN Connectivity.