Utusan perdamaian AS untuk Afghanistan, Jumat (24/7) mengatakan belakangan ini, kekerasan di negara yang terkoyak perang itu "terlalu tinggi." Akan tetapi pasukan keamanan pemerintah Afghanistan yang berperang menghadapi pemberontakan Taliban mengalami lebih sedikit kematian "antara 35 hingga 40 persen" dibandingkan tahun 2019.
Zalmay Khalilzad, perwakilan khusus untuk rekonsiliasi Afghanistan, juga mencatat tidak ada korban tewas dari tentara Amerika atau koalisi sejak Amerika Serikat menandatangani perjanjian penting dengan kelompok pemberontak pada Februari 2020 untuk mengakhiri hampir 19 tahun perang Afghanistan, yang terpanjang bagi Amerika.
Khalilzad, perunding dan yang menandatangani kesepakatan itu, menguraikan hasil pengamatannya saat berbicara dalam sebuah forum online di Washington yang diselenggarakan oleh Institute Peace, Amerika Serikat.
“Tahun ini jumlah pasukan keamanan Afghanistan yang tewas adalah antara 35 dan 40% lebih sedikit dibanding tahun lalu untuk periode yang sama. Jumlah warga sipil yang tewas juga secara signifikan lebih rendah untuk periode yang sama dibandingkan tahun lalu,” utusan AS kelahiran Afghanistan itu memaparkan.
Khalilzad menyesalkan, bagaimanapun, intensifikasi kekerasan baru-baru ini dan pertukaran tahanan yang berlarut-larut antara pemerintah Kabul dan Taliban menghalangi jalannya perundingan damai, yang sangat dinantikan antara Afghanistan dengan pihak yang berkonflik. Kedua langkah penting selanjutnya diatur dalam pakta AS-Taliban.
Khalilzad menambahkan pemerintahan Trump "tidak puas" dengan tingkat kekerasan saat ini dan bekerja sama dengan kedua pihak Afghanistan yang bermusuhan untuk mengurangi lebih jauh. [mg/pp]