Teori konspirasi yang tidak ada habisnya dan informasi yang keliru serta menyesatkan yang terdapat di internet dan di forum media sosial, membuat Amerika Serikat berada dalam keadaan siaga tinggi terkait kemungkinan serangan teror.
Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), pada Senin (7/2), mengeluarkan buletin Laporan Terorisme Nasional yang telah diperbaharui. Buletin itu memperingatkan bahwa meskipun arus ancaman utama sedikit berubah selama setahun terakhir namun hampir semuanya meningkat dalam lingkungan informasi yang tersedia.
DHS mengatakan penggunaan narasi palsu yang bertujuan merusak kepercayaan pada lembaga publik, dikombinasikan dengan meningkatnya seruan untuk melakukan kekerasan oleh aktor domestik dan organisasi teroris asing, "telah meningkatkan gejolak, ketidakpastian, dan kompleksitas situasi ancaman."
Secara khusus, buletin DHS yang diperbarui itu mengutip "penggunaan internet yang meluas dari narasi palsu atau menyesatkan mengenai penipuan pemilihan umum yang tidak berdasar dan COVID-19," yang katanya sedang ditingkatkan oleh "kekuatan asing yang jahat."
Buletin itu juga memperingatkan berlanjutnya seruan untuk melakukan kekerasan terhadap sasaran empuk—tempat-tempat umum dan pertemuan-pertemuan yang sering kali memiliki keamanan terbatas—termasuk rumah-rumah ibadah seperti gereja, masjid, dan sinagoge.
"Serangan baru-baru ini di sebuah sinagoge di Colleyville, Texas, menekankan ancaman kekerasan yang terus berlanjut berdasarkan motivasi ras atau agama, serta ancaman terhadap organisasi berbasis agama," menurut buletin tersebut.
Ancaman baru-baru ini terhadap perguruan tinggi dan universitas kulit hitam yang bersejarah juga "menimbulkan kekhawatiran dan bisa mengilhami para ekstremis untuk memobilisasi kekerasan," kata buletin itu. [my/jm]