Pengadilan Rusia menghukum tokoh oposisi Alexei Navalny lima tahun penjara karena melakukan korupsi, dalam putusan yang memicu kecaman luas. Navalny hari Kamis dinyatakan bersalah menggelapkan kayu bernilai 500 ribu dolar dari perusahaan kayu milik negara, semasa ia menjabat penasehat gubernur provinsi tahun 2009. Terdakwa lain, Pyotr Ofitserov dijatuhi hukuman empat tahun penjara.
Gedung Putih mengatakan "sangat kecewa" atas putusan itu, yang disebut "contoh terbaru kecenderungan memprihatinkan guna menekan pembangkang dalam masyarakat madani di Rusia." Kepala Kebijakan Uni Eropa Catherine Ashton menyatakan prihatin atas dakwaan dan pemenjaraan Navalny, dan mengatakan dakwaan itu belum dibuktikan dalam pengadilan. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengimbau Rusia agar "menghargai sepenuhnya prinsip-prinsip keadilan dan menjamin peraturan hukum ditegakkan dengan adil tanpa pandang bulu."
Tokoh oposisi berusia 37 tahun itu, yang mengungkap tuduhan korupsi pemerintah, mengatakan tuduhan itu bermotif politik dan dimaksudkan membungkamnya. Pengacaranya, Olga Mikhailova, menilai keputusan hari Kamis itu adalah tulisan ulang pernyataan tuntutan. Dalam pesan Twitter dari pengadilan, Navalny mendesak pendukungnya agar melanjutkan kampanyenya, mengimbau mereka tidak bosan atau berdiam diri.
Istri Navalny, Yulia, mengatakan, badan anti-korupsi yang didirikan Navalny akan melanjutkan kerjanya meskipun ada keputusan pengadilan atas kasus tersebut.
Navalny segera ditahan setelah putusan itu, tetapi, dalam tindakan yang mengejutkan, jaksa kemudian meminta agar ia diizinkan tetap bebas sambil menunggu ia mengajukan banding.
Navalny baru-baru ini mendaftar untuk mencalonkan diri dalam pemilihan walikota Moskow bulan September, tetapi ketua kantor pemilihannya mengatakan ia akan menarik diri. Berdasarkan undang-undang Rusia, ia tidak lagi memenuhi syarat untuk mencalonkan diri untuk jabatan apapun, termasuk pemilihan presiden tahun 2018 di mana ia juga berencana mencalonkan diri.
Gedung Putih mengatakan "sangat kecewa" atas putusan itu, yang disebut "contoh terbaru kecenderungan memprihatinkan guna menekan pembangkang dalam masyarakat madani di Rusia." Kepala Kebijakan Uni Eropa Catherine Ashton menyatakan prihatin atas dakwaan dan pemenjaraan Navalny, dan mengatakan dakwaan itu belum dibuktikan dalam pengadilan. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengimbau Rusia agar "menghargai sepenuhnya prinsip-prinsip keadilan dan menjamin peraturan hukum ditegakkan dengan adil tanpa pandang bulu."
Tokoh oposisi berusia 37 tahun itu, yang mengungkap tuduhan korupsi pemerintah, mengatakan tuduhan itu bermotif politik dan dimaksudkan membungkamnya. Pengacaranya, Olga Mikhailova, menilai keputusan hari Kamis itu adalah tulisan ulang pernyataan tuntutan. Dalam pesan Twitter dari pengadilan, Navalny mendesak pendukungnya agar melanjutkan kampanyenya, mengimbau mereka tidak bosan atau berdiam diri.
Istri Navalny, Yulia, mengatakan, badan anti-korupsi yang didirikan Navalny akan melanjutkan kerjanya meskipun ada keputusan pengadilan atas kasus tersebut.
Navalny segera ditahan setelah putusan itu, tetapi, dalam tindakan yang mengejutkan, jaksa kemudian meminta agar ia diizinkan tetap bebas sambil menunggu ia mengajukan banding.
Navalny baru-baru ini mendaftar untuk mencalonkan diri dalam pemilihan walikota Moskow bulan September, tetapi ketua kantor pemilihannya mengatakan ia akan menarik diri. Berdasarkan undang-undang Rusia, ia tidak lagi memenuhi syarat untuk mencalonkan diri untuk jabatan apapun, termasuk pemilihan presiden tahun 2018 di mana ia juga berencana mencalonkan diri.