Amerika, Inggris, dan Norwegia yang dikenal sebagai Troika telah mengecam Pasukan Pertahanan Rakyat Sudan Selatan (SSPDF) karena menyerang pangkalan-pangkalan militer SPLA-In Oposition di beberapa bagian wilayah Upper Nile atau kawasan di Hulu Sungai Nil.
“Insiden seperti ini dan siklus serangan balas dendam yang dihasilkannya berisiko menimbulkan kekerasan yang lebih besar di negara ini. Serangan-serangan itu juga menggambarkan dampak destabilisasi dan merusak dari pembelotan yang berinsentif, karena ini sering disertai bentrokan bersenjata,” kata Tom Carter, juru bicara kedutaan Inggris di Juba, membacakan pernyataan Troika yang dirilis oleh kedutaan AS.
Ketiga negara ini juga mengatakan prihatin dengan laporan serangan terhadap tempat-tempat penahanan dan pusat-pusat pelatihan untuk tentara Sudan Selatan yang bersatu. Mereka mengatakan kekerasan itu menunjukkan kurangnya kemauan politik untuk menciptakan kekuatan yang bersatu, salah satu aspek utama dari perjanjian damai 2018.
Troika mengatakan, menyesali keputusan SPLM/A-IO untuk menarik partisipasinya dari mekanisme keamanan dan mendesak semua pihak untuk berkomitmen kembali pada kesepakatan damai, kata Carter.
“Kami menyerukan kepada pemerintah Sudan Selatan untuk menjalankan kepemimpinan dan pengawasan pasukan keamanan negara untuk menjaga disiplin dan kepatuhan terhadap perjanjian damai,” kata Carter, mengutip pernyataan Troika.
Pada hari Selasa, SPLM/A-IO (Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan Selatan/Tentara yang beroposisi), penandatangan utama kesepakatan damai, menyatakan menarik diri dari pembicaraan mekanisme keamanan serta Komisi Pemantauan dan Evaluasi Bersama yang Direvitalisasi (R-JMEC). [my/pp]