Menyusul keputusan Amerika, Kamis (13/10) untuk mundur dari UNESCO, Israel juga mengumumkan akan mundur dari organisasi PBB untuk urusan pendidikan, sains, dan budaya itu. Amerika sudah berhenti mendanai UNESCO sejak Otorita Palestina diterima di badan tersebut sebagai anggota penuh meskipun mendapat tentangan dari Amerika, Israel dan Eropa.
Sebagai anggota yang harus membayar iuran keanggotaan, Amerika Serikat telah mengakumulasi utang hingga 600 juta dolar selama beberapa tahun terakhir bergabung dengan UNESCO. Namun, sebagaimana dilaporkan reporter VOA Zlatica Hoke, pemerintahan Trump juga menyebut bias anti-Israel sebagai alasan untuk mundur.
UNESCO terkenal karena usahanya melindungi tempat-tempat yang dianggap warisan dunia seperti Grand Canyon di Amerika, Palmyra di Suriah, dan Preah Vihear di Kamboja.
Chris Hegadorn, utusan Amerika Serikat di markas besar UNESCO di Paris, menyebutkan dua alasan untuk mundur.
"Pertama tunggakan iuran keanggotaan yang menggunung sejak 2011 setelah organisasi ini menerima Palestina sebagai negara anggota. Jumlah utang itu sudah terlalu besar. Isu kedua adalah, sangat disayangkan, badan ini telah dipolitisasi, sehingga merusak kerja UNESCO. Badan ini menjadi tempat bagi bias anti-Israel,” kata Chris Hegadorn.
Amerika Serikat sudah lama menyerukan agar badan kebudayaan PBB ini melakukan reformasi.
"Kami ingin politik tidak dilibatkan di badan tersebut. Dan kami menilai bias anti-Israel sudah lama bercokol di UNESCO. Ini perlu diakhiri. Sehingga Amerika Serikat, setelah mempertimbangkan secara saksama, memutuskan untuk mundur,” kata Heather Nauert, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Sebelumnya tahun ini, UNESCO menyatakan Hebron, sebuah kota tua di Tepi Barat yang dipertikaikan dan diduduki Israel, sebagai Warisan Dunia milik Palestina yang berada dalam keadaan bahaya. Pada 2015, UNESCO mengadopsi sebuah resolusi yang mengecam kekeliruan cara Israel menangani lokasi-lokasi yang dianggap warisan dunia di Yerusalem. Kedua keputusan itu dikecam Israel dan sekutu-sekutunya.
PM Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (13/10), menyambut keputusan AS untuk mundur itu dengan mengeluarkan cuitan di Twitter yang mengatakan bahwa UNESCO telah menjadi “teater absurd” dan bahwa Israel juga akan mundur.
Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova menyesalkan keputusan Amerika Serikat itu dan mempertanyakan waktunya.
"Pada saat usaha memerangi ekstremisme kekerasan memerlukan investasi yang diperbaharui dalam pendidikan dan dalam dialog antar budaya untuk mencegah kebencian, sangat disesalkan bahwa Amerika Serikat mundur dari badan PBB yang memimpin dalam usaha-usaha ini,” kata Irina Bokova.
Bokova mengatakan UNESCO selalu menentang sikap anti-Yahudi dan berusaha memelihara kenangan mengenai Holokos. Mundurnya AS dari UNESCO berlangsung saat organisasi itu sedang dalam proses memilih direktur jenderal yang baru. Menyusul keputusan pemerintahan Trump ini, keanggotaan Amerika Serikat di UNESCO akan berakhir di penghujung tahun depan. [ab/uh]