Amerika hari Rabu (15/6) menjatuhkan sanksi terhadap dua pendukung “kelompok ekstremis kekerasan bermotif etnis” yang disebut sebagai “Russian Imperial Movement” (RIM) atau “Gerakan Kekaisaran Rusia” salah satu kelompok yang datang ke Amerika untuk memulai hubungan dengan kelompok nasionalis sayap kanan dan kulit putih.
Kedua laki-laki dimaksud adalah Stanislav Shevchuk dan Alexander Zhuchkovsky.
Departemen Keuangan Amerika mengatakan Stanislav Shevchuk, perwakilan RIM yang berkantor di Eropa, melakukan perjalanan ke Amerika pada tahun 2017 untuk mencari koneksi dengan kelompok-kelompok “ekstremis.” Sementara Alexander Zhuchkovsky, pendukung RIM yang berkantor di Rusia, menggunakan platform media sosialnya yang berada di Rusia untuk menggalang dana dan merekrut anggota kelompok itu.
Departemen Keuangan memaparkan sejak tahun 2014 Zhuchkovsky telah mengumpulkan lebih dari 3,4 juta dolar untuk membeli senjata dan peralatan militer bagi RIM dan pejuang pro-Rusia lain di wilayah Donbas di Ukraina, dan memfasilitasi perjalanan para pejuang RIM ke wilayah tersebut.
Ditambahkan, sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, Zhuchkovsky terus menggunakan akun media sosialnya dan metode pembayaran di dunia maya untuk membeli berbagai pasokan dan peralatan militer bagi para pejuang Rusia yang melancarkan invasi dan sedang bertempur di Donbas.
Depkeu AS: RIM Bangun Jaringan Kelompok Berpandangan Ekstrem
Dalam sebuah pernyataan, Wakil Menteri Keuangan Untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian Nelson mengatakan “Russian Imperial Movement” atau “Gerakan Kekaisaran Rusia” RIM telah berupaya mengumpulkan dan mengalihkan dana dengan menggunakan sistem keuangan internasional untuk membangun jaringan global kelompok-kelompok kekerasan yang mendorong pandangan ekstremisme dan merusak proses demokrasi.
Departemen Keuangan mengatakan pihaknya juga menjatuhkan sanksi terhadap Swede Anton Thulin karena melangsungkan pelatihan teroris, bahkan setelah ia divonis penjara karena melakukan serangan di Swedia tahun 2017. Hal ini, tambah pernyataan itu, menunjukkan bahwa Thulin tetap menjadi ancaman terorisme. [em/lt]