Dalam pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri John Kirby mengatakan bahwa AS kecewa dengan langkah itu, mengatakan Kagame “mengabaikan kesempatan bersejarah untuk memperkuat dan memantapkan institusi-institusi demokratik yang berusaha dibangun rakyat Rwanda dengan susah payah selama lebih dari 20 tahun.”
Kagame mengumumkan keputusannya dalam pidato yang disiarkan TV hari Jumat, mengatakan, “Mengingat pentingnya hal ini dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, saya hanya bisa menerima.”
Namun Kagame menambahkan dia tidak yakin negaranya bertujuan untuk memiliki “presiden seumur hidup,” dan mengatakan tidak menghendaki hal itu.
Bulan lalu, negara itu memilih lewat referendum untuk mengubah konstitusi sehingga memungkinkannya mencalonkan diri lagi.
Hari Senin, Kagame berterima kasih kepada rakyat karena memilih untuk mengubah masa jabatan dalam konstitusi, tetapi ketika itu, tidak mengisyaratkan apakah dia berencana untuk mencalonkan diri lagi.
Masa jabatan pemimpin Rwanda itu akan berakhir pada 2017. Perubahan konstitusi itu memungkinkan Kagame, 58 tahun, untuk mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan tujuh tahun, diikuti dengan masa jabatan lima tahun sebanyak dua periode, sehingga menjabat sampai 2034.
98 persen pemilih menyetujui amandemen konstitusi dalam referendum itu. [vm]
AS hari Sabtu (2/1) mengkritisi keputusan Presiden Rwanda Paul Kagame untuk mencalonkan diri untuk periode ketiga tahun 2017.
Terkait
Paling Populer
1