Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, mengklaim banyak kemajuan telah dicapai dalam kemitraan AS dan Afghanistan, antara lain dalam bidang keamanan, pendidikan dan kesehatan.
“Amerika Serikat masuk ke Afganistan akhir 2001, setelah Al-Qaeda yang beroperasi secara bebas di bawah Taliban melakukan tindakan yang mengerikan melawan Amerika. Amerika Serikat baru bertindak setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyatakan, memberikan wewenang kepada AS untuk melakukan langkah-langkah tanggapan atas serangan 11 September 2001,” ujarnya dalam acara buka puasa Kedutaan Besar AS yang dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintah dan perwakilan duta besar negara sahabat di kediamannya di Jakarta, Selasa (14/8).
Duta Besar Marciel mengatakan selama masa transisi yang terjadi di Afghanistan, program kemitraan ini akan menandai komitmen Amerika untuk tetap membantu Afghanistan selama setidaknya satu dekade setelah penarikan sebagian besar pasukan militer asing di wilayah itu pada tahun 2014 mendatang.
“Kami telah terlibat dalam pelatihan angkatan bersenjata dan sumber daya militer di Afghanistan, dan bersama komunitas internasional kami sedang melakukan transisi sampai 2014. Setelah itu diharapkan kekuatan pengamanan di Afghanistan dapat dilakukan secara mandiri oleh negara ini. Kedua negara telah menandatangani kemitraan strategis. Amerika Serikat ingin menjadikan Afghanistan sebagai mitra non NATO yang utama,” ujar Marciel.
Ia menyoroti sejumlah hasil penting yang berhasil dicapai setelah Presiden AS Barack Obama dan Presiden Afghanistan Hamid Karzai secara resmi menandatangani perjanjian kemitraan ini pada Mei 2012.
“Amerika Serikat telah menginvestasikan lebih dari US$300 juta dalam bidang pendidikan. Jumlah tenaga pengajar telah meningkat sejak 2002, dari 20.000 orang menjadi 175.000 orang. Pada 2001 terdapat kurang dari satu juta siswa yang ada di Afghanistan dan tidak ada pelajar perempuan. Tetapi sekarang, kita bisa lihat Afghanistan telah memiliki delapan juta siswa, dimana sepertiganya adalah pelajar perempuan,” ungkap Marciel.
Selain pendidikan, kemajuan lain yang juga terlihat di Afghanistan adalah bidang kesehatan. AS telah menginvestasikan dana sebesar $650 juta untuk perawatan kesehatan. Menurut Marciel tingkat kesehatan di Afghanistan telah membaik, termasuk usia harapan hidup yang meningkat dari 42 tahun menjadi 62 tahun dalam 10 tahun terakhir.
Mengutip syair dari filsuf dan penulis puisi asal India, Muhammad Iqbal Lahori, yang menulis banyak tentang negaranya, Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia, Ghulam Sakhi Ghairat mengatakan “Asia merupakan inti dari air dan tanah yang ada di bumi, sementara Afghanistan adalah jantung tubuhnya. Asia bisa maju bersama Revolusi Afghanistan dan Asia bisa mundur jika Afghanistan hancur.”
Menurut Ghairat, kemitraan dengan AS bukan saja dimulai sejak 2001, tetapi jauh sebelumnya, sekitar 55 tahun yang lalu, saat Amerika Serikat membangun bendungan besar di daerah Helmand, Afghanistan Selatan yang menjadi pembangkit listrik dan mampu menyuburkan lahan pertanian, serta pembangunan bandar udara internasional di kota terbesar kedua di Afghanistan, yaitu Kandahar.
Namun menurutnya keberhasilan yang paling penting dalam 10 tahun terakhir sepanjang sejarah Afghanistan adalah prestasi mereka menghasilkan konstitusi modern yang mampu membuat keadilan yang nyata, konstitusi yang benar-benar hadir menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Pada 2001, menurut Ghairat, Afghanistan memulainya dari nol dan sekarang Afghanistan sebagai sebuah negara telah memilih sendiri presidennya dan juga anggota parlemennya, memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dan telah memiliki kebebasan pers.
“Amerika Serikat masuk ke Afganistan akhir 2001, setelah Al-Qaeda yang beroperasi secara bebas di bawah Taliban melakukan tindakan yang mengerikan melawan Amerika. Amerika Serikat baru bertindak setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyatakan, memberikan wewenang kepada AS untuk melakukan langkah-langkah tanggapan atas serangan 11 September 2001,” ujarnya dalam acara buka puasa Kedutaan Besar AS yang dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintah dan perwakilan duta besar negara sahabat di kediamannya di Jakarta, Selasa (14/8).
Duta Besar Marciel mengatakan selama masa transisi yang terjadi di Afghanistan, program kemitraan ini akan menandai komitmen Amerika untuk tetap membantu Afghanistan selama setidaknya satu dekade setelah penarikan sebagian besar pasukan militer asing di wilayah itu pada tahun 2014 mendatang.
“Kami telah terlibat dalam pelatihan angkatan bersenjata dan sumber daya militer di Afghanistan, dan bersama komunitas internasional kami sedang melakukan transisi sampai 2014. Setelah itu diharapkan kekuatan pengamanan di Afghanistan dapat dilakukan secara mandiri oleh negara ini. Kedua negara telah menandatangani kemitraan strategis. Amerika Serikat ingin menjadikan Afghanistan sebagai mitra non NATO yang utama,” ujar Marciel.
Ia menyoroti sejumlah hasil penting yang berhasil dicapai setelah Presiden AS Barack Obama dan Presiden Afghanistan Hamid Karzai secara resmi menandatangani perjanjian kemitraan ini pada Mei 2012.
“Amerika Serikat telah menginvestasikan lebih dari US$300 juta dalam bidang pendidikan. Jumlah tenaga pengajar telah meningkat sejak 2002, dari 20.000 orang menjadi 175.000 orang. Pada 2001 terdapat kurang dari satu juta siswa yang ada di Afghanistan dan tidak ada pelajar perempuan. Tetapi sekarang, kita bisa lihat Afghanistan telah memiliki delapan juta siswa, dimana sepertiganya adalah pelajar perempuan,” ungkap Marciel.
Selain pendidikan, kemajuan lain yang juga terlihat di Afghanistan adalah bidang kesehatan. AS telah menginvestasikan dana sebesar $650 juta untuk perawatan kesehatan. Menurut Marciel tingkat kesehatan di Afghanistan telah membaik, termasuk usia harapan hidup yang meningkat dari 42 tahun menjadi 62 tahun dalam 10 tahun terakhir.
Mengutip syair dari filsuf dan penulis puisi asal India, Muhammad Iqbal Lahori, yang menulis banyak tentang negaranya, Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia, Ghulam Sakhi Ghairat mengatakan “Asia merupakan inti dari air dan tanah yang ada di bumi, sementara Afghanistan adalah jantung tubuhnya. Asia bisa maju bersama Revolusi Afghanistan dan Asia bisa mundur jika Afghanistan hancur.”
Menurut Ghairat, kemitraan dengan AS bukan saja dimulai sejak 2001, tetapi jauh sebelumnya, sekitar 55 tahun yang lalu, saat Amerika Serikat membangun bendungan besar di daerah Helmand, Afghanistan Selatan yang menjadi pembangkit listrik dan mampu menyuburkan lahan pertanian, serta pembangunan bandar udara internasional di kota terbesar kedua di Afghanistan, yaitu Kandahar.
Namun menurutnya keberhasilan yang paling penting dalam 10 tahun terakhir sepanjang sejarah Afghanistan adalah prestasi mereka menghasilkan konstitusi modern yang mampu membuat keadilan yang nyata, konstitusi yang benar-benar hadir menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Pada 2001, menurut Ghairat, Afghanistan memulainya dari nol dan sekarang Afghanistan sebagai sebuah negara telah memilih sendiri presidennya dan juga anggota parlemennya, memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dan telah memiliki kebebasan pers.