Amerika mengatakan sedang mendorong upaya untuk meningkatkan produksi vaksin COVID-19 dan akan terus menyumbangkan vaksin itu ke negara-negara miskin, guna mencapai tujuan menyudahi pandemi pada musim gugur mendatang.
Menteri Luar Negeri Anthony Blinken hari Rabu (10/11) mengumumkan Amerika telah memediasi kesepakatan untuk mengirim vaksin Johnson&Johnson pada mereka yang tinggal di zona konflik. Hal ini disampaikannya dalam pertemuan virtual yang dilakukannya dengan menteri luar negeri dari negara-negara dan organisasi internasional lainnya.
“Dengan gembira saya ingin menyampaikan bahwa Amerika telah membantu memediasi kesepakatan antara J&J dan COVAX untuk memfasilitasi pengiriman pertama vaksin J&J pada orang-orang yang tinggal di zona konflik, dan pengaturan kemanusiaan lainnya,” ujar Blinken saat pembukaan pertemuan itu hari Rabu.
COVAX adalah mekanisme pembagian vaksin internasional untuk negara-negara termiskin di dunia yang didukung oleh PBB dan organisasi-organisasi internasional seperti GAVI dan CEPI.
Blinken juga mengumumkan langkah-langkah lain, termasuk pelacak data COVID-19 yang komprehensif, yang dibuat oleh Dana Moneter Internasional IMF, Badan Kesehatan Dunia WHO dan Bank Dunia.
Kemitraan publik-swasta yang baru juga telah terbentuk, di mana perusahaan-perusahaan sektor swasta terkemuka akan bekerja secara pro bono untuk berbagi keahlian mereka guna mendukung kampanye vaksinasi, mengelola rantai pasokan, dan membantu memberikan suntikan vaksin secepat dan seaman mungkin.
Pengumuman hari Rabu ini disampaikan setelah Moderna mengatakan akan menjual hingga 110 juta dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara anggota Uni Afrika yang menghadapi kekurangan vaksin.
Bulan lalu Gedung Putih mengatakan Amerika mengirim lebih dari 4,8 juta vaksin COVID-19 pada empat negara Afrika, yaitu Chad, Mesir, Gabon dan Kenya. Pejabat-pejabat Amerika mengatakan 55 anggota Uni Afrika akan menentukan alokasi vaksin itu. [em/jm]